Jakarta (pilar.id) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengambil langkah strategis dengan pendekatan konservatif dalam penyaluran kredit guna menjaga likuiditas di tengah tantangan sektor perbankan nasional.
Sepanjang kuartal I-2025, bank pelat merah ini fokus pada penyaluran kredit kepada segmen korporasi berkualitas tinggi, sebagai bagian dari strategi pengelolaan risiko dan pertumbuhan berkelanjutan.
Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menjelaskan bahwa BNI tetap berkomitmen menjaga keseimbangan antara ekspansi kredit dan pengendalian risiko di tengah ketidakpastian global.
“BNI memperkuat likuiditas dengan menyeimbangkan pertumbuhan kredit dan faktor risiko. Hal ini tercermin dari dominasi segmen korporasi berkualitas dalam portofolio kredit pada kuartal I tahun ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Kredit Tumbuh 10,1 Persen, Fokus Segmen Korporasi
Hingga akhir Maret 2025, BNI mencatat total kredit sebesar Rp 765,47 triliun atau tumbuh 10,1 persen secara tahunan (year-on-year/YoY). Segmen korporasi menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 56,6 persen dari total kredit, diikuti oleh segmen konsumer sebesar 18,9 persen.
Sementara itu, pertumbuhan pada segmen menengah dan kecil didorong oleh akuisisi kredit dari rantai pasok (value chain) nasabah korporasi dan eksisting.
Dana Pihak Ketiga Capai Rp 819,58 Triliun
Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BNI membukukan pertumbuhan sebesar 5 persen YoY menjadi Rp 819,58 triliun. Pertumbuhan ini ditopang oleh digitalisasi layanan perbankan yang mendorong kenaikan dana murah (CASA).
Tabungan tumbuh 10,2 persen dan giro naik 3,4 persen, menghasilkan komposisi CASA sebesar 70,5 persen, naik dari 69,9 persen pada akhir 2024.
Selain itu, biaya dana (cost of fund) tercatat membaik menjadi 2,75 persen, lebih rendah dibandingkan 2,79 persen pada periode yang sama tahun lalu.
LDR Turun, Likuiditas Terjaga
Langkah menjaga likuiditas tercermin dari penurunan rasio kredit terhadap DPK atau loan to deposit ratio (LDR) dari 96,1 persen pada kuartal IV-2024 menjadi 93,1 persen di kuartal I-2025. Hal ini memberi ruang bagi BNI untuk melanjutkan ekspansi kredit secara hati-hati sesuai target tahunan.
Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap terjaga di level 2 persen. Sementara itu, loan at risk (LAR) berhasil ditekan menjadi 10,9 persen, turun signifikan dari 13,3 persen pada kuartal I-2024.
Perbaikan ini berdampak positif terhadap efisiensi beban pencadangan atau credit cost yang menurun dari 1 persen menjadi 0,9 persen.
“Kualitas aset yang membaik ini sejalan dengan target efisiensi dan profitabilitas yang ingin dicapai BNI pada 2025,” tutup Okki. (ret/hdl)