Malang (pilar.id) – Sering mengikuti kompetisi esai ilmiah sejak semester satu, tetapi tak kunjung mendapat juara. Tak membuat Hafiz Okta Ramadhan, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) ini berhenti mengikuti kompetisi esai ilmiah lainnya.
Hingga di Februari 2023 kemarin, ia yang baru menginjak semester 2 ini berhasil menjadi juara dua kategori Lingkungan dalam kompetisi National, Energy, Climate, Sustainability Competition (NECSC) 2023 di Universitas Indonesia Jakarta, pada 12 Februari 2023.
Perlu diketahui, kompetisi tulis ilmiah NECSC ini digelar oleh sebuah lembaga yang berfokus pada isu penggunaan energi baru terbarukan dan perubahan iklim bernama Rakyat Merdeka dan Society Renewable Energy (SRE).
Hal itu seperti yang diceritakan Hafiz kepada Pilar.id, bila awalnya dirinya mengetahui kompetisi tersebut dari kakak tingkat organisasinya di minggu ke dua bulan Desember 2022 lalu.
Namun saat itu dirinya tengah sibuk kuliah, sempat lupa dan baru mengingatnya kembali di tanggal 25 Desember 2022.
“Tetapi sebelum ingat lagi, aku sudah sempat cari referensi penelitian dan literatur yang sesuai dengan temanya, yaitu Netral Zero Emission. Lalu di tanggal 28 Desember 2022 waktu deadlinenya, aku baru nulis dan makan waktu hanya 5 jam, yang lama itu cari referensi dan literaturnya hampir seminggu,” jelas mahasiswa yang sudah delapan kali ikut kompetisi membuat esai ilmiah sejak semester pertama kuliah ini.
Dalam esainya ia mengangkat manfaat daun pohon trembesi yang bisa mereduksi karbondioksida di udara secara efektif karena mengandung senyawa flavonoid, tannin, steroid, saponin, terpenoid dan glikosida yang dapat menyerap karbondioksida.
“Jadi poin dalam esai saya itu membuat alat semacam filter udara dari esktrak daun trembesi yang dapat menyerap karbondioksida di udara dan ditempatkan dititik yang jumlah karbondioksida banyak, seperti di lampu merah atau di jalan raya,” sebut mahasiswa jurusan Agro Eco Teknologi, Fakultas Pertanian UB Malang ini.
Selain itu, ia juga menyampaikan bila idenya membuat alat tersebut bermula saat ia mencari literatur dan menemukan inovasi terdahulu yang juga memanfaatkan daun pohon trembesi sebagai filter untuk knalpot sepeda motor.
“Berdasar penelitian itu saya amati, tiru dan modifikasi serta target yang saya buat lebih luas, maka saya buat filter berbasis adsorben ini akan diletakan langsung ke jalan raya agar dampaknya bisa langsung terasa di lingkungan,” ujar pemuda asal Palembang ini.
Meski begitu, ia tak menyangka bisa mendapat juara dua. Sebab dirinya merasa, jika struktur kepenulisan esainya memiliki banyak kekurangan, namun materi yang diangkat sangat masuk dengan tema yang diangkat.
Hal itu terbukti saat digelarnya seminar sebelum pemberian penghargaan, adanya pemaparan materi yang sebagiannya telah termuat di esai buatan Hafiz tersebut.
“Dalam menulisnya, saya juga dibantu oleh kakak tingkat saya yang juga sering ikut kompetisi serupa dan setelah kompetisi ini saya juga sudah ikut kompetisi esai ilmiah lainnya tinggal menunggu pengumuman,” terang Hafiz
Kedepan dari ide yang telah dituangkan dalam esai buatanya itu, ia berharap agar alat tersebut bisa terealisasi dan akan masih banyak perbaikan dari esai ilmiah buatannya tersebut, karena baginya esai tersebut hanya sebuah perencanaan awal.
“Semoga ide alat yang saya ciptakan itu bisa terealisasi dan menjadi inspirasi bagi siapapun demi mengurangi emisi karbondioksida di Indonesia, serta kedepannya esai ini akan saya kembangkan lagi agar lebih baik,” tutupnya. (jel/hdl)