Jakarta (pilar.id) – Hakim Ziyech langsung berlari ke tepi lapangan. Ia beberapa kali menunjuk tribun tempat para supporter duduk sebelum kemudian berhenti tepat di tepi garis. Lalu berdiri diam beberapa detik dengan raut wajah dingin dan tatapan tajam ke arah para fans.
Sebentar kemudian, teman-teman satu timnya berlari dan memeluk Ziyech, bersorak merayakan gol yang berhasil mereka lesakkan tepat satu menit sebelum bubaran laga.
Lima belas menit sebelumnya, Ziyech juga berlari ke tempat yang sama. Tempat ia menatap para fans. Bedanya, lima belas menit lalu ia menunjuk para fans sambil tersenyum lebar dan gembira.
Sayang, gol yang ia rayakan dengan senyuman itu kemudian dianulir oleh VAR karena Lukaku telah berada dalam posisi offside.
Chelsea datang ke Selhurst Park dengan semangat dan suasana yang masih gembira. Pasalnya, seminggu sebelumnya mereka berhasil menjadi juara dunia setelah mengalahkan Palmeiras di final Piala Dunia Antar Klub.
Sayang, semangat dan kegembiraan itu tak begitu tampak di permianan mereka Sabtu (19/2/2022) malam kala bertanding melawan Crystal Palace di lanjuta pekan ke-26 Premier League.
Chelsea memang menguasai lebih banyak penguasaan bola dengan 58 persen dan total membuat 516 pasing dengan tingkat akurasi mencapai 82 persen. Namun, permasalahan mereka belum berubah.
Chelsea tetap kesulitan mencetak gol. Kesulitan mengembangkan permainan dan kekurangan kreativitas untuk bisa menciptakan peluang. Kombinasi antara Havertz, Pulisic, Ziyech dan Lukaku belum bisa membaawa Chelsea menjadi tim yang mematikan di depan gawang.
Bahkan beberapa kali Crystal Palace lah yang berhasil mendapatkan peluang-peluang besar dan hampir mencetak gol meski shot on goal mereka tercatat nol sampai akhir laga. Sebab, tendangan-tendangan dari Wilfred Zaha, Olise, dan Jordan Ayew lebih sering melebar beberapa sentimeter dari gawang Edouard Mendy.
Seperti ketika Zaha mendapatkan kesempatan di akhir babak pertama dan menit akhir babak kedua. Di menit 45+1, Zaha harusnya bisa mencetak gol. Mendapatkan umpan terobosan dari Olise, Zaha berhasil melewati Chritensen dan Thiago Silva untuk berdiri bebas berhadapan dengan Mendy.
Sayang, tendangannya ke tiang jauh melebar hanya beberapa sentimeter saja di samping gawang. Hal serupa terjadi di menit 90+1. Tendangan kaki kiri Zaha juga sedikit saja melenceng dari gawang padahal ia sudah berada dalam posisi one on one dengan Mendy.
Chelsea yang melakukan beberapa rotasi terlihat kurang solid dalam bertahan. Begitu juga ketika menyerang mereka kekurangan kualitas umpan karena beberapa posisi penting diisi oleh pemain baru.
Seperti Andreas Christensen yang dimainkan sebagai fullback kanan. Ia terlihat canggung dan jarang melakukan overlap seperti yang biasa dilakukan Azpilicueta maupun Reece James.
Ketika bertahan pun Christensen tampak sering kehilangan posisi dan salah mengambil keputusan. Hal ini membuat posisinya sering dijadikan titik fokus serang Wilfred Zaha dan Olise.
Di sisi fullback kiri pun kurang lebih masalahnya sama. Malang Sarr yang mengisi posisi tersebut memang cukup solid dalam bertahan. Namun, ketika harus membantu serangan dan mengirimkan umpan silang, bolanya selalu berlari kemana-mana.
Beruntung, Chelsea memiliki Hakim Ziyech. Yang meskipun sempat mencetak gol dan dianulir VAR karena Lukaku dalam posisi offside, masih mampu kembali mencetak gol lagi di menit ke-89.
Alonso yang dimasukkan menggantikan Sarr pun langsung terlihat kontribusinya. Sekali ia mengirimkan umpan silang, langsung menjadi asist dan bisa dikonversi dengan baik oleh Ziyech dengan tendangan first time mendatar yang tak mampu dibendung oleh Guaita. (fat)