Jakarta (pilar.id) – Belakangan ini, banyak masyarakat yang mengeluhkan penumpukan penumpang kereta commuter line (KRL) di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Stasiun yang dibangun sejak 1914 ini sering mengalami ‘stuck‘, terutama saat jam pulang kerja.
Terlebih, sejak terjadi perubahan rute Stasiun Bogor dan Stasiun Nambo hanya melayani tujuan akhir ke Stasiun Kota. Kemudian, KRL dari Stasiun Cikarang juga hanya melayani tujuan Stasiun Tanah Abang situasinya menjadi semakin crowded.
Karena itu, Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo mendesak Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan evaluasi menyeluruh terkait pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM) di Stasiun Manggarai.
Menurutnya, sejak diberlakukannya switch over 5 (SO5) pada Mei tahun lalu, stasiun Manggarai selalu dikeluhkan pengguna KRL.
Penumpang, lanjut Sigit, tidak hanya mengeluhkan soal kepadatan stasiun yang sudah tidak manusiawi di jam-jam sibuk. Namun, pengguna KRL juga mengeluhkan soal keamanan dan fasilitas stasiun yang tidak berfungsi dengan baik.
“Seperti escalator dan lift yang sering mati. Ini seharusnya menjadi perhatian Dirjen Perkeretaapian,” kata Sigit, di Jakarta, Rabu (22/2/2023).
Sigit mengatakan pasal 137 UU Perkeretaapian menyebutkan pelayanan angkutan orang dengan kereta api harus memenuhi SPM mulai dari pelayanan di stasiun keberangkatan, dalam perjalanan, hingga sampai di stasiun tujuan.
Aturan mengenai pemenuhan SPM angkutan orang dengan kereta api juga diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor PM 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api.
“Jangan korbankan pengguna KRL hanya untuk memenuhi target jumlah penumpang yang transit,” kata Sigit
Dalam aturan tersebut, imbuh Sigit, dijelaskan secara detail mengenai SPM yang harus dipenuhi stasiun dan KRL yang mengangkut penumpang. SPM tersebut antara lain, adanya lift dan escalator untuk stasiun yang jumlah lantainya lebih dari satu, tersedia tempat duduk untuk penumpang berkebutuhan khusus, dan petugas keamanan yang memadai.
Namun dalam implementasinya, masih banyak keluhan dari konsumen mengenai SPM KRL. Hal itu, kata Sigit, membuktikan SPM yang disyaratkan dalam UU Perkeretaapian dan Permenhub No.63/2019 belum terpenuhi.
“Kalau SPM di stasiun Manggarai sudah terpenuhi, tidak mungkin pengguna mengeluh terus. Jangankan untuk penyandang disabilitas, untuk penumpang yang sehat saja stasiun Manggarai dianggap mengerikan. Karena kepadatan stasiun Manggarai yang sudah tidak manusiawi, memicu aksi kriminal seperti pencopetan,” ujar Sigit.
Menurut Sigit, jika memang tidak bisa memenuhi SPM, sebaiknya jangan dipaksakan. Kembalikan saja rute KRL seperti sebelumnya dan tidak usah memaksakan transit di Manggarai. “Kasihan penumpang. Jangankan memenuhi SPM kenyamanan, keamanan saja sudah terabaikan di stasiun ini,” kata dia.
Rencana Bangun 5 Tangga
DJKA rupanya tanggap dengan keluhan warga terkait penumpukan di Stasiun Manggarai. Karena itu, kini DJKA tengah menyiapkan langkah mitigasi untuk mengurai kepadatan di Stasiun Manggarai dengan cara membangun tangga tambahan di ujung utara peron untuk menambah alternatif akses kepada penumpang.
“Kami mohon doa dan dukungan masyarakat agar tangga tambahan ini dapat terealisasi segera untuk menjawab keresahan pengguna kereta api dalam melakukan transit di Stasiun Manggarai,” kata Direktur Prasarana Perkeretaapian DJKA Kemenhub Harno Trimadi.
Sementara itu, warganet menyambut positif rencana DJKA tersebut. Namun, mereka juga menyoroti tata letak beberapa tiang besar yang berada di peron sehingga mengganggu pergerakan penumpang. Belum lagi, ketika para penumpang harus lari-larian mengejar kedatangan kereta karena berbeda jalur.
“Stasiun Manggarai desainnya jelek bgt! Semoga arsiteknya ngos2an mulu hidupnya sesuai sama capeknya ibu2 yg lari2an naik tangga waktu ngejar kereta,” tulis @buleprut.
“Stasiun Shinagawa sama stasiun Manggarai ini ibarat langit dan bumi Langitnya itu Shinagawa Station (gw yakin stasiun di Jepang itu keren2 bagus2 lah). Buminya, udah jelas,Manggarai. (Naik tangga turun tangga 2 kali apa ga gempor tu kaki, ga ramah sama yg disable / yg ud capek),” tulis @the_VR289. (ach/fat)