Jakarta (pilar.id) – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani, meminta pemerintah tetap memprioritaskan vaksinasi dosis lengkap kepada 70 persen target sasaran meskipun vaksinasi booster sudah dimulai. Hingga pekan ini masyarakat yang menerima vaksin dosis lengkap baru 56,04 persen.
“Meskipun saat ini sedang dilakukan vaksinasi booster, tapi pemerintah tidak boleh melupakan kewajibannya untuk mencapai target vaksinasi 70 persen (dosis lengkap) bagi masyarakat,” kata Netty dalam keterangan media, Kamis (13/1/2022).
Selain itu, pemerintah juga harus memastikan apakah cakupan vaksinasi ini sudah merata di daerah. Terutama, percepatan vaksinasi bagi daerah perdesaan yang jauh dari jangkauan pemerintah setempat.
Netty juga menyoroti masih banyaknya provinsi di Indonesia yang vaksinasi dosis pertamanya belum mencapai 70 persen seperti Sulawesi Barat, Maluku, Sumatera Barat, Papua Barat dan Papua.
“Jangan sampai daerah lain terutama di pulau Jawa sudah masuk vaksin booster sementara ada daerah yang dosis pertama saja belum 70 persen. Pemerintah harus memberlakukan kebijakan afirmatif bagi daerah-daerah tertentu sebagai prioritas untuk mengejar capaian vaksinasi,” ungkap Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini.
Netty juga mengaku setuju dengan kebijakan vaksin gratis bagi masyarakat umum. Menurut Netty, vaksinasi merupakan game changer untuk melawan pandemi covid-19 terlepas berapapun dosis yang diberikan.
“Vaksin harus tetap sebagai barang publik (public goods) selama ada ancaman pandemi covid-19. Kita harus belajar dari masa lalu saat masyarakat masih banyak yang enggan untuk mengikuti vaksinasi, padahal vaksinasi tersebut gratis. Hal penting yang juga harus dilakukan adalah mengedukasi masyarakat mengenai skema vaksin booster agar mereka bisa mengakses vaksin booster tersebut,” katanya.
Terakhir Netty meminta pemerintah memastikan ketersediaan stok vaksin yang akan digunakan untuk booster.
“Data di aplikasi Peduli Lindungi apakah sudah dibenahi? Jangan sampai masyarakat tidak bisa daftar vaksin booster karena aplikasi Peduli Lindungi bermasalah. Pemerintah juga harus menyiapkan skema agar masyarakat yang tidak memiliki ponsel pintar dan aplikasi pedulilindungi tetap bisa mendapatkan vaksin booster secara gratis,” tukas Netty. (her)