Solo (pilar.id) – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, menjadi pembicara utama pada seminar nasional dengan tema “Peningkatan Kesiapsiagaan Banjir Bengawan Solo: Kebijakan, Infrastruktur, dan Partisipasi” yang diselenggarakan oleh Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) cabang Solo di Ballroom UNS Tower dan Hotel, Solo, Rabu (6/12/2023) siang.
Seminar tersebut dihadiri oleh enam pembicara, termasuk Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan di DAS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS BS) Maryadi Utama, Kepala Balai Teknik Sungai Marasi Doen Joubert, praktisi dan akademisi sumber daya air Raymond Valiant, dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Sholihin As’ad.
Emil, dalam paparannya, menyoroti strategi mitigasi dan inventarisasi titik-titik rawan bencana sebagai langkah penting dalam pengelolaan banjir di Jawa Timur. Ia menjelaskan bahwa mitigasi bencana dan rencana kontinjensi menjadi fokus utama Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menangani banjir dan bencana hidrometeorologi lainnya.
“Penting bagi kita memiliki inventarisasi titik-titik rawan bencana. Mitigasi bencana dan rencana kontinjensi menjadi strategi kami dalam pengelolaan banjir yang terjadi di wilayah Jatim,” ujarnya.
Wagub Emil menambahkan bahwa Pemprov Jatim telah menetapkan indeks risiko bencana sebagai parameter utama kinerja gubernur dan wakil gubernur. Kolaborasi lintas sektor dianggapnya penting dalam proses penanganan bencana, mulai dari perencanaan, penanganan, hingga pasca penanggulangan.
“Kami memandang bahwa mengurangi risiko bencana adalah tugas semua perangkat daerah. Ini melibatkan multi sektor dan harus melibatkan setiap sektor, bukan hanya BPBD atau PU Sumber Daya Air. Ada peran dari pertanian, pemberdayaan masyarakat, pendidikan, dan kesehatan. Semua sektor memiliki peran penting dalam mengurangi kerawanan kita terhadap bencana,” tambah Emil.
Emil juga menekankan pentingnya aksi lapangan sebagai wujud dari kesiapsiagaan bencana sebelum bencana terjadi. Dengan melakukan perencanaan yang matang dan siaga terhadap alat-alat respons bencana, risiko bencana dapat dikelola dengan lebih baik.
“Pada saat musim kering, kita pikirkan risiko banjir. Pada saat hujan, kita pikirkan risiko kekeringan. Intinya, menangani banjir melibatkan kombinasi antara sistem dan solusi,” paparnya.
Wagub Emil pun memberikan pesan kepada masyarakat agar menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan bencana dengan berperilaku baik, seperti tidak membuang sampah di sungai, tidak menebang pohon secara sembarangan, dan lain sebagainya.
“Mencegah terjadinya bencana adalah hal yang paling efektif dalam meminimalisir risiko bencana. Oleh karena itu, saya berharap masyarakat menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan bencana dengan berperilaku baik,” tandasnya. (hdl)