Langkat (pilar.id) – Sempat mengunjungi proyek minyak makan merah di Deli Serdang, didampingi oleh Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani, Menteri BUMN Erick Thohir meninjau progres pembangunan pabrik minyak makan merah yang tengah digarap oleh Holding Perkebunan Nusantara (PTPN Group).
Di Sumatera Utara terdapat tiga pabrik dengan kapasitas 10 ton minyak goreng per hari yang sedang dikerjakan, yakni di Kabupaten Deli Serdang, Langkat, dan Asahan.
Minyak makan merah merupakan produk hilirisasi kelapa sawit yang teknologinya dikembangkan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Keduanya merupakan anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero).
Minyak makan merah menjadi salah satu solusi efektif untuk mengatasi persoalan minyak goreng, seperti harga yang tinggi hingga langkanya ketersediaan.
Dengan percepatan pengoperasian pabrik ini, diharapkan dapat memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng, menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat, mengurangi tingkat stunting, dan memberikan nilai tambah bagi petani sawit.
Menitipkan program minyak makan merah ini kepada para petani, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan hal itu agar berhasil dengan menggunakan sistem pengelolaan berbasis koperasi.
Terhadap minyak makan merah di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, menjadi percontohan untuk pengembangan industri minyak makan merah.
“Langkat harus jadi percontohan, menjadi yang terdepan. Oleh karena itu, pabrik minyak makan merah ini adalah yang dibuat pertama kali di Indonesia. Ini merupakan hasil kerjasama. Sehingga tidak dimiliki BUMN, melainkan milik para petani di Langkat di bawah payung koperasi. Ini yang kami dorong,” pesan Erick saat menyampaikan sambutan pada peringatan Hari Jadi ke-273 Kabupaten Langkat, Selasa (17/1/2023).
Pada kunjungan di Deli Serdang tersebut Erick Thohir menyampaikan, pembangunan pabrik minyak makan merah itu ditargetkan akan beroperasi pada awal tahun ini. Percepatan pengoperasian dilakukan untuk merespons kebutuhan minyak goreng sehat bagi masyarakat.
Erick berharap, dengan adanya minyak makan merah ini dapat mengatasi kasus kelangkaan minyak goreng seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
“Karena itu, terlepas isu kelangkaan minyak goreng sudah mereda, kami di BUMN ingin ini tidak boleh terjadi lagi,” urainya.
Menurutnya dari sisi petani, Erick mengatakan produksi minyak makan merah dapat mendorong ekonomi rakyat lantaran produksinya bekerja sama dengan koperasi petani sawit.
“Kita ingin mendorong ekonomi rakyat, petani. Jangan petani posisinya selalu menjadi objek. Kita mulai percayakan kepada rakyat kita bagaimana mengelola sumberdaya alamnya,” paparnya.
Pihaknya telah melakukan terobosan untuk mendirikan pabrik minyak kelapa sawit merah per 1.000 hektar lahan. Adapun untuk pemasaran, kata Erick, pihaknya juga akan membantu membuka pasar ekspor seperti ke China hingga Afrika. (din)