Surabaya (pilar.id) – Presiden RI Joko Widodo telah merilis Minyak Makan Merah (M3), sebuah inovasi terbaru dalam dunia kuliner yang diharapkan akan mengubah paradigma konsumsi minyak goreng.
M3, yang kaya akan kandungan gizi, menawarkan manfaat kesehatan bagi masyarakat dan membuka peluang baru bagi industri pangan dan farmasi.
Menurut Ahli Gizi Universitas Airlangga (Unair), Lailatul Muniroh SKM M Kes, M3 memiliki kandungan bioaktif (fitonutrien) yang lebih unggul daripada minyak konvensional.
Data dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) tahun 2022 menunjukkan bahwa M3 mengandung konsentrasi Karoten sebesar 753 ppm, Vitamin E sebesar 1016 ppm, dan Squalene sebesar 348 ppm, yang mana kandungan ini lebih tinggi dibandingkan dengan minyak lainnya.
Karoten berfungsi sebagai pro vitamin A dan antioksidan, memiliki peran vital dalam meningkatkan sistem imun serta kesehatan mata dan kulit. Vitamin E, sebagai antioksidan, berkontribusi pada kesehatan jantung dan mendukung fungsi kekebalan tubuh. Sementara itu, Squalene, dikenal dengan manfaat antioksidan dan antiinflamasi, berperan penting dalam kesehatan kulit dan imunitas tubuh.
Dengan kekayaan vitamin dan senyawa bioaktif, M3 tidak hanya menjadi pilihan minyak goreng yang lebih sehat saat memasak, tetapi juga berpotensi sebagai pangan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan.
Lailatul menyarankan cara mengintegrasikan M3 ke dalam diet sehari-hari untuk memaksimalkan manfaat kesehatannya, termasuk penggunaannya dalam menggoreng, menumis, memanggang hingga sebagai salad dressing. M3 juga berpotensi dimanfaatkan oleh industri pangan dan farmasi dalam memperkaya vitamin A dan pro vitamin A, dengan mengemasnya dalam bentuk enkapsulan sebagai suplemen atau multivitamin.
Terlepas dari keunggulannya, produksi M3 yang tidak melalui proses bleaching memiliki dampak positif dan negatif. Proses ini mempertahankan kandungan nutrisi dengan kadar yang tinggi namun juga membuat M3 lebih rentan terhadap oksidasi, yang dapat memperpendek umur simpannya.
Dengan begitu, produksi M3 oleh koperasi petani sawit di sekitar perkebunan sawit rakyat memungkinkan masyarakat sekitar untuk mengakses produk ini dengan harga yang relatif terjangkau. Namun, produk M3 yang tidak melalui proses bleaching mungkin mengandung kontaminan yang lebih tinggi dan rentan terhadap oksidasi, sehingga perlu dilakukan pengawasan ketat dalam produksinya. (ipl/hdl)