Surabaya (www.pilar.id) – Digitalisasi teknologi terus berkembang. Dalam dunia fotografi, kenyataan ini tidak hanya berdampak pada perilaku, tapi juga merambah pada produk pendukung, kamera.
“Digitalisasi menawarkan banyak peluang. Sebaliknya juga ancaman. Salah satunya datang dari diri sendiri yang tak mau belajar lebih lagi pada bidang fotografi,” kata Mamuk Ismuntoro, salah satu narasumber dalam Webinar Inspiratif ‘Jatim Pilar Indonesia – Fotografi Era Digital, Peluang dan Ancaman‘, Senin (18/10/2021) pagi.
Pendiri Komunitas Matanesia ini menjelaskan, di berbagai kesempatan, ia melihat banyak orang mencoba memainkan peran sebagai fotografer tapi sejatinya tidak terlalu memiliki keahlian fotografi. Padahal sebagai fotografer, mereka harusnya memiliki keahlian di bidang fotografi.
Ancaman dari diri sendiri, lanjut Mamuk, bisa juga berbentuk kemalasan dalam berkarya dan belajar. “Malas memotret, malas melihat karya foto orang lain yang lebih baik, malas berdiskusi,” tambahnya.
Dalam kondisi seperti itu, kata Mamuk, kita tinggal menjatuhkan pilihan. Ingin terus melangkah jadi fotografer yang siap meraup peluang, maka harus belajar. Jika tidak, kita hanya jadi penikmat.
Nara sumber lain, Beky Subechi, redaktur foto Harian Jawa pos, memberi gambaran jika digitalisasi foto memberi banyak kemudahan. Sebagai orang yang menikmati dua era, foto digital dan analog, Beky melihat jika sekarang segala sesuatunya jauh lebih mudah.
“Dulu harus nunggu berapa hari, baru bisa lihat hasil fotonya, kalau sekarang langsung bisa lihat, kalau jelek tinggal dihapus,” katanya.
Meski memiliki kemudahan, lanjut Beky, menjadi fotografer harusnya tetap memperhatikan hal-hal mendasar. Selain bagus secara visual, foto harusnya memiliki manfaat bagi masyarakat.
Hal tersebut, karena Beky melihat jika masyarakat sekarang sudah bisa menjadi fotografer dengan perangkat yang didukung fitur kamera yang mumpuni di dalamnya “Maka fotografi sekarang harus mempertimbangkan foto yang dibutuhkan oleh masyakarat,” tuturnya
Sementara Muchamad Ardani, Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Bea Cukai Sumatra Utara, mengaku jika dunia fotografi digital memberikan banyak kemudahan. Baik sebagai hobiis foto, maupun sebagai orang yang terlibat dalam proses dokumentasi dan publikasi kegiatan Bea Cukai di Sumut.
“Beda dulu dengan sekarang. Dulu pelaku kehumasan kesannya jual mahal. Sekarang tidak. Pada wartawan, pada pelaku komunikasi, kami harus terbuka, tidak bisa jual mahal,” kata Ardani.
Suplai foto yang ia berikan pada wartawan, kini, bisa dilakukan lebih cepat. Beberpa kali pula fotografi juga ‘menyelamatkan’ citra institusi karena bisa jadi media untuk klarifikasi atas sebuah isu.
“Memotret adalah kegiatan positif. Lewat fotografi ada proses belajar untuk mengasah kepekaan sosial,” tambahnya. Lewat fotografi pula, Ardani bisa menyalurkan kesenangannya, membentuk jaringan pertemanan, dan masih banyak lagi.
Di era digital yang menawarkan banyak kemudahan, Ardani memanfaatkan akun media sosialnya untuk mendukung kegiatan edukasi dan publikasi kegiatan tempat ia bekerja. (jel)