Jakarta (pilar.id) – Dalam sehari, lima kali sudah Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat diguncang gempa. Menurut laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa yang terjadi pada Minggu (11/9/2022) tersebut pertama kali terjadi dengan kekuatan magnitudo (M) 6,1. Sedangkan empat gempa lainnya merupakan gempa susulan atau aftershock.
Titik pusat dari gempat tersebut berada di koordinat 1,18° LS ; 98,53° BT, atau tepatnya berlokasi di darat wilayah Siberut Barat, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada kedalaman 27 km.
“Ada empat buah aftershock dengan magnitudo terbesar 5,3 dan terkecil 4,2,” ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Minggu (11/9/2022).
Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng di zona Megathrust Mentawai – Siberut. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik ( thrust fault).
Gempa ini berdampak dan dirasakan di daerah Siberut Utara dengan skala intensitas V MMI ( Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun ), daerah Sagulubeg, Siberut Barat, Sikabaluan, Tuapejat dengan skala intensitas IV-V MMI ( Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun), daerah Padang, Padang Panjang, Painan, Pasaman Barat dengan skala intensitas III-IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah).
Wilayah Sumatera Barat pernah diguncang 5 kali gempa merusak. Di antaranya gempa M 6,3 pada 4 Februari 1971 yang mengakibatkan beberapa bangunan rusak; dua kali gempa M 6,3 pada 6 Maret 2007dengan korban jiwa 67 orang; gempa M 5 pada 10 September 2014 dengan 4 luka-luka dan kerusakan bangunan; gempa M 6,2 pada 1 September 2017 menyebabkan 11 rumah rusak. (fat)