Probolinggo (pilar.id) – Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terlanjur populer sejak pertama kali didokumentasikan oleh Jean Demmeni, tentara Belanda kelahiran Padang Panjang (1866-1939).
Kala itu, ia mendapat tugas khusus untuk memetakan topografi wilayah Hindia Belanda. Di kurun waktu itu, ia mempelajari banyak hal, termasuk vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, hingga kebudayaan lokal.
Foto hitam putih Gunung Bromo yang diabadikan Demmeni dari ketinggian kawasan Penanjakan, hingga kini jadi tempat favorit juru foto hingga wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Berabad kemudian, menikmati kawasan Gunung Bromo sudah bisa dilakukan dari banyak sisi. Sudut pandang lain, kalau tidak bisa disebut baru, adalah menikmati Bromo dari sebuah kebun bawang di kawasan Guyangan, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur.
Sebuah pondok yang sejatinya adalah tempat berteduh dan menginap buruh kebun bawang di Guyangan, menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat dan menikmati situasi pedesaan kawasan TNBTS.
Adalah Mulyat, 80 tahun, pemilik pondok yang masih setia menjumpai tamu yang datang. “Semua orang boleh menikmati pemandangan Gunung Bromo dari kebun belakang saya, tanpa harus bayar,” kata Mulyat.
Bagi yang ingin menginap, ia menyediakan empat kamar berbayar murah. Serba hemat, senantiasa ramah. Tak heran jika di sini, cahaya mentari pagi dan segarnya udara langsung terasa berlipat. Karena pesona Bromo, dan sambutan Mulyat yang selalu hangat. (mis)