Jakarta (pilar.id) – Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan kesiapan Indonesia dalam menghadapi ancaman krisis pangan global, termasuk dengan memperkuat berbagai strategi dan upaya memperkuat potensi pangan berbasis sumberdaya lokal.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri, mengatakan, selain upaya menjaga tingkat produksi beras agar tetap swasembada, berbagai upaya alternatif juga disiapkan. Menurutnya, Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman pangan lokal.
“Kita punya banyak bahan baku pangan berpotensi sebagai cadangan dan substitusi beras. Dan semua ada di sekitar kita dan lama menjadi pangan konsumsi masyarakat lokal,” kata Kuntoro di Jakarta, Jumat (7/10/2022).
Pemerintah menetapkan enam komoditas sumber karbohidrat yakni, ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan talas. Dari enam komoditas yang menjadi pilihan, tiga komoditas yakni pisang, kentang dan talas termasuk yang selama ini jarang disebut sebagai komoditas untuk mendukung diversifikasi pangan.
Semua produk tersebut merupakan potensi cadangan pangan Indonesia menghadapi ancaman krisis pangan.
“Mungkin kita belum begitu merasakan dampaknya perubahan iklim dan krisis pangan global. Namun di beberapa negara di benua Afrika, negara Asia, bahkan untuk Amerika dan Inggris saja sudah mulai terlihat nyata ancaman tersebut,” jelasnya.
Karena itu, Kuntoro menegaskan apa yang disampaikan menteri pertanian terkait stok sagu bila harga beras melambung tinggi, merupakan analogi ekstrem bila terjadi masalah stok pangan.
Saat ini stok beras kita sangat cukup. FAO dan IRRI juga mengapresiasi swasembada dan ketahanan sistem pertanian dan pangan kita. Indonesia juga masih over stok diatas 10 juta ton per Juli 2022 lalu menurut BPS, sehingga masyarakat tidak perlu kawatir.
“Petani kita juga mulai masuk masa tanam utama Oktober sampai Maret, dan insyaallah pangan pokok kita akan terus cukup tersedia,” tutupnya. (her/fat)