Surabaya (pilar.id) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan visi dan misi pentingnya dalam mewujudkan Jawa Timur sebagai provinsi industri cerdas unggulan. Pernyataan ini disampaikan saat dia menjadi narasumber dalam forum INDEF School of Political Economy (ISPE) yang digelar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga pada Senin (16/10/2023).
Khofifah menekankan bahwa visi ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP), yang mencakup peningkatan partisipasi industri, transformasi budaya industri masyarakat, serta kebijakan cerdas dalam mengelola proses industrialisasi (smart industrial governance).
Lebih lanjut, Gubernur mengklarifikasi bahwa unggul yang dimaksud mencakup efisiensi, optimalisasi sumber daya alam, penguatan struktur industri, dan peningkatan pangsa pasar.
Untuk mencapai visi sebagai provinsi industri cerdas unggulan, Jawa Timur telah menetapkan misi untuk memperkuat dan memantapkan struktur industri, meningkatkan daya saing industri dengan fokus pada pelestarian lingkungan, serta meningkatkan inklusivitas pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2022, data menunjukkan bahwa sektor manufaktur di Jawa Timur telah mencapai 31,4 persen, melampaui target nasional untuk tahun 2045 yang sebesar 30 persen. Dengan berbagai inisiatif seperti pembangunan pabrik Smelter dan pabrik foil tembaga Hailiang, serta pengembangan hilirisasi dari Smelter di PIER, Jawa Timur diharapkan dapat mencapai 34 persen.
Visi dan misi ini menjadi lebih signifikan mengingat posisi geografis Jawa Timur sebagai “center of gravity” di sektor industri. Untuk mendukung perkembangan infrastruktur industrialisasi, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memprioritaskan pengembangan Pelabuhan Probolinggo, satu-satunya pelabuhan laut di Indonesia yang dikelola oleh provinsi.
Gubernur Khofifah juga membagikan capaian ekonomi terbaru, di mana pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mencapai 5,24 persen (y-on-y) pada Triwulan II tahun 2023, memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB Indonesia dan PDRB Pulau Jawa. Realisasi investasi di Jawa Timur juga tumbuh sebesar 4,0 persen (y-on-y) pada Triwulan II tahun 2023, menempatkan provinsi ini di peringkat ketiga di antara provinsi-provinsi lain di Indonesia. Jawa Timur juga dikenal sebagai provinsi dengan tingkat kemudahan berbisnis tertinggi, hanya kedua setelah DKI Jakarta.
Selain itu, Khofifah menyebut keberadaan Desa Devisa di Jawa Timur, di mana sejumlah 149 dari total 613 Desa Devisa di Indonesia berlokasi di provinsi ini. Dengan bantuan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Desa Devisa ini akan dibimbing tentang cara mengakses pasar global.
Terkait perdagangan, Gubernur Khofifah mengungkapkan upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam Misi Dagang, yang unik karena melibatkan pelaku bisnis dan pembeli. Hal ini membantu pelaku UMKM menjembatani akses ke pasar yang luas di Indonesia. Selain itu, Jawa Timur juga dikenal sebagai lumbung pangan, dengan produksi padi, jagung, daging sapi, dan telur ayam yang selalu mencapai peringkat tertinggi secara nasional.
Khofifah menekankan empat pilar prioritas pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, yang mencakup penguatan daya saing sektor manufaktur dan perdagangan, peningkatan nilai tambah agroindustri, percepatan pertumbuhan industri pariwisata, dan pengembangan industri mikro, kecil, dan menengah.
Gubernur berharap forum INDEF School of Political Economy dapat menghasilkan rekomendasi strategis yang akan membantu Jawa Timur terus berkembang. Ia menekankan pentingnya peran perguruan tinggi seperti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga dalam memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat Jawa Timur.
Forum tersebut juga diberi penjelasan oleh Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S., D.E., seorang ekonom senior dari INDEF, yang menyebutkan kontribusi besar Gubernur Khofifah terhadap ekonomi, bukan hanya di tingkat provinsi, tetapi juga sebagai pembelajaran bagi lembaga nasional dan internasional.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak, menekankan bahwa Gubernur Khofifah telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang responsif terhadap tantangan ekonomi global, dengan pemahaman yang dalam akan implikasi kesejahteraan ekonomi global dan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Khofifah dianggap sangat berkomitmen dalam mencari solusi yang mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. (usm/ted)