Bantul (pilar.id) – Kabupaten Bantul saat ini disebut memiliki ikon megah baru. Ikon Kabupaten Bantul tersebut adalah Jembatan Kretek II.
Dibangun sejak Januari 2021, Jembatan Kretek II membentang di atas Sungai Opak. Jembatan Kretek II merupakan jalur penghubung antara jalan Kretek-Samas dan Poncosari-Greges atau Desa Tirtohargo dengan Desa Parangtritis, Kabupaten Bantul.
Berada di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) atau Jalur Pantai Selatan Jawa (Pansela) Jembatan Kretek II memiliki panjang 600 meter. Sedangkan proyek penanganan Jembatan Kretek II sepanjang 2,6 kilometer ini memiliki empat lajur dan dua jalur.
Diatas jembatan terdapat jalur khusus bagi pejalan kaki berupa pedestrian yang dipisahkan dengan barrier. Menariknya, jalur khusus pedestrian ini bisa terhubung ke Laguna Depok yang berada tepat di bawah jembatan. Dikatakan juga, ikon Bantul ini berada di area rawan gempa. Cek fakta-faktanya!
1. Membangkitkan ekonomi area Pansela
Jembatan ini menjadi bagian dari Pansela Jawa yang membentang dari Banten sampai Jawa Timur sepanjang 1.604 kilometer. Jalur Pansela sangat terkenal dengan wilayah pesisir pantai yang diharapkan bisa meningkatkan konektivitas sehingga mengurangi kesenjangan potensi ekonomi dengan wilayah Pantai Utara (Pantura).
Nantinya, jembatan ini juga bisa mengurangi kepadatan dan menjadi jalur alternatif para pemudik dari arah barat yang hendak menuju wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah dan sekitarnya.
2. Berada di area sesar aktif Opak
Menelan dana hingga Rp 364 miliar dari loan Islamic Development Bank (IsDB), jembatan ini ternyata berada di wilayah likuifaksi (pergerakan tanah) dan rawan gempa atau di area sesar aktif Opak dimana 50 meter dari jembatan ini merupakan pusat gempa di DI Yogyakarta pada 2006 silam.
Sesar tersebut merupakan patahan aktif di dalam tanah yang membentang dari arah Timur Laut sampai Barat Daya pada dataran cekungan Yogyakarta di barat Pegunungan Kidul yang diperkirakan sepanjang 40 meter dan kerap bergerak aktif sehingga menyebabkan gempa.
3. Di desain tahan gempa
Kendati berada di area rawan gempa, jembatan ini telah dirancang mampu menahan guncangan gempa dengan teknologi Lead Rubber Bearing (LRB) yang berfungsi meredam gempa dan MSE Wall sebagai daerah timbunan. Di samping itu, dipasang juga soil replacement sedalam 3 meter guna menggantikan tanah yang terlikuifaksi.
Tiang pancang juga ditancapkan sampai ke lapisan tanah yang tidak terlikuifaksi. Jembatan utamanya menggunakan struktur atas PCI girder dengan bentang utama 40 meter dengan pondasi bored pile. Selain itu, pondasi tiang pancang berdiameter 80 centimeter yang menggunakan slab on pile dipasang pada jembatan pendekat.
4. Tugu LUKU, bajak raksasa di tengah-tengah jalan
Tugu LUKU yang didominasi warna merah dan keemasan pada ornamennya ini terletak ditengah-tengah lajur dan berbentuk seperti bajak. Luku ialah alat bajak sawah yang diartikan sebagai wujud agraris budaya dan masyarakat Yogyakarta.
Di samping itu, LUKU merupakan singkatan Laku Urip Kang Utama (LUKU) memiliki arti proses dan jalan hidup yang utama, yang diharapkan proses kehidupan berjalan lancar dan nyaman dengan fungsi jembatan yang bisa menghubungkan dua kawasan yang sebelumnya terpisah.
5. Terdapat ornamen khas Yogyakarta
Desain lampu penerangan jalan umum (PJU), desain Railing Parapet hingga art lighting menjadi daya tarik tersendiri yang mengandung filosofi.
Sepanjang jalan, desain PJU terdapat tambahan ornamen seperti padi yang diartikan semakin masak semakin merunduk. Dimana, filosofi ini menggambarkan manusia tidak pantas untuk bersikap angkuh dan sombong atas usia, pencapaian atau kemampuan yang dimiliki.
Sementara, pada Railing Parapet tampak ornamen Burung Kuntul berwarna hijau yang menghiasi. Ornamen pagar ini sebagai penggayaan bentuk dari sawah dan burung kuntul. Diketahui, pemilihan ini bagian dari pertimbangan kesatuan budaya pertanian.
Saat malam tiba, wajah jembatan akan semakin cantik dengan Art Light yang berasal dari permainan cahaya lampu LED di beberapa area sehingga ikon Kabupaten Bantul ini terlihat sangat megah. (riz/fat)