Jakarta (pilar.id) – Indonesia sedang memajukan teknologi lokal untuk menghadapi ancaman tsunami dengan pengembangan sistem peringatan dini terbaru yang sepenuhnya dikerjakan oleh pakar-pakar dalam negeri.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa kemandirian dalam teknologi mitigasi bencana menjadi prioritas utama.
BMKG, bekerja sama dengan universitas-universitas terkemuka seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Indonesia (UI), tengah mengembangkan sistem pemrosesan tsunami dan gempa bumi yang dikenal dengan nama Merah Putih. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada teknologi asing.
“Kami berharap dapat lebih mandiri dalam pengembangan teknologi mitigasi bencana, meskipun tetap berkolaborasi dengan negara maju, kami tidak ingin bergantung sepenuhnya pada teknologi mereka,” ujar Dwikorita dalam keterangannya pada Sabtu (7/9/2024).
Sistem Merah Putih dirancang tidak hanya untuk menghadapi tsunami megatrust, seperti yang melanda Banda Aceh, tetapi juga berbagai jenis tsunami lainnya. Pengembangan ini diharapkan dapat mendukung kemandirian teknologi sistem peringatan dini tsunami Indonesia (InaTEWS) serta meningkatkan kualitas informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami.
“Pengembangan Sistem Processing Merah Putih adalah manifestasi kemandirian bangsa dalam mengurangi ketergantungan pada teknologi asing, mendorong kreativitas dan inovasi dari kalangan akademisi dan praktisi,” tambah Dwikorita.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, sistem ini diharapkan menjadi contoh sukses kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan lembaga internasional. “Walaupun tantangan masih ada, kami tetap optimis Indonesia akan menjadi negara yang lebih siap menghadapi bencana di masa depan,” pungkasnya. (hdl)