Jakarta (pilar.id) – Musim mudik Lebaran 2022 sudah usia. Masyarakat di seluruh Indonesia sudah mulai beraktivitas kembali di daerah masing-masing. Namun, masyarakat dan pemangku kepentingan wajib mewaspadai potensi peningkatan kasus covid-19.
Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani mengatakan, masih terdapat potensi peningkatan kasus covid-19. Maka diperlukan kewaspadaan dan deteksi dini dari masing-masing masyarakat untuk mengetahui kondisi kesehatannya masing-masing dan keluarganya.
“Maka jika ada gejala terkait covid-19, sebaiknya diperiksakan dan bisa isoman agar mencegah kondisi yang tidak kita inginkan bersama,” kata Laura kepada Pilar.id, Senin (9/5/2022).
Dari sisi pemerintah, kata Laura, harus siap dengan fasilitas kesehatan yang sigap menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
“Diharapkan memberikan pemeriksaan gratis bagi orang yang kembali mudik jika memang membutuhkan pemeriksaan dan tempat isolasipun juga disiapkan,” ujarnya.
Hingga kemarin, Minggu (8/5/2022) atau H+5, sekitar 46 persen masyarakat yang belum kembali pada arus balik. Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, kembali mengimbau masyarakat untuk menunda perjalanan balik pada hari ini, karena diprediksi pergerakan kendaraan akan sangat padat hari ini.
“Silahkan kembali setelah hari ini. Masyarakat bisa merayakan lebaran ketupat dulu besok. Sehingga ini akan memberikan relaksasi juga bagi kepadatan jalan,” jelas Budi saat meninjau Gerbang Tol Cikampek Utama, Km 70.
Budi mengungkapkan, pada H+4 kemarin, tercatat pergerakan kendaraan mengalami puncak tertinggi. Dari Bakauheni ke Merak, pergerakan kendaraan mencapai lebih dari 37 ribu dalam sehari. Sementara, untuk jalur tol Semarang ke Jakarta mencapai 170 ribu lebih kendaraan. Jumlah itu menjadi rekor tertinggi sepanjang pengelolaan arus mudik.
Ia meminta seluruh unsur terkait untuk tetap waspada dan kompak menjaga pergerakan di arus balik tetap terkendali. Dia menjelaskan, dengan adanya rekayasa lalu lintas di jalur tol, waktu tempuh perjalanan terbukti menjadi lebih singkat.
“Kalau tidak ada rekayasa, perjalanan Semarang ke Jakarta bisa 11 jam. 30 menit. Dengan adanya rekayasa menjadi 6 jam 30 menit,” ujarnya.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Danang Parikesit menyampaikan, akan terus meningkatkan pengelolaan dan pengendalian lalin di rest area di jalur tol.
Upaya yang dilakukan diantaranya dengan menambah petugas, menghalau masyarakat yang memaksa masuk rest area yang sudah padat dengan menambah pembatas (rubbertone), dan mengoptimalkan pembawa BBM untuk melayani kendaraan yang membutuhkan bensin di jalur tol. (her/din)