Surabaya (pilar.id) – Festival Lampion Tambak Bayan bakal digelar 20 hingga 22 Januari 2023 mendatang. Membuka acara yang diadakan untuk merayakan Imlek ini, Institut Seni Tambak Bayan (ISTB) bersama Damar Kurung Institut mengadakan sebuah talk show tentang sejarah perkembangan lampion atau lentera Indonesia di Kampung Tambak Bayan, Surabaya, Selasa (10/1/2023).
Disampaikan Novan Effendy, pendiri Damar Kurung Institut, sebuah lembaga yang berdiri pada 2013, dalam presentasinya ia akan menerangkan mengenai sejarah perjalanan lentera di Indonesia
“Secara historis Indonesia berada di kawasan Asia Tenggara yang dipengaruhi dua unsur kebudayaan, yaitu dari India dan China, lalu masuk Islam sebaga lapisan kebudayaan adanya lentera, dari situ banyak muncul tradisi perayaan lentera atau cahaya Indonesia,” terang seniman Damar Kurung Gresik yang pernah mengadakan Festival Damar Kurung di Gresik selama enam tahun berturut-turut.
Pada pemaparannya, ia menjelaskan, jika Damar Kurung di Islam, digunakan sebagai pengarsipan kebudayaan, yang dibuat setiap hari, lalu dijual pada bulan 1 Ramadhan.
“Hal itu yang membuat orang Tionghoa di Indonesia, kerap mengadakan festival lampion, saat Imlek atau sebutan lamanya sebelum orba adalah hari Sin Cai yang artinya hari raya Petani,” paparnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan mengenai unsur gambar yang berada di Damar Kurung, seperti garis dibagian atas yang dibuat meruncing, serta garis dibagian bawah gambar yang dibiarkan putih tak bergambar
“Yang diatas bergambar bentuknya runcing itu terinspirasi dari gunung Semeru yang artinya meruncing menuju sang kuasa dan garis dibawah gambar, artinya batasan antara dunia manusia dengan dunia dibawah alam sadar,” jelasnya.
Selain itu, adanya diskusi ini, dirinya berharap, jika peserta yang datang, baik warga tambak bayan dan lainnya dapat mengetahui, jika ada banyak hal, tradisi dan pengetahuan yang sudah terputus, dari generasi sebelumnya,
“Jadi pling tidak dari pemaparan ini, mereka tahu bahwa Surabaya punya lentera ciluk, Gresik namanya damar kurung, jadi minimal mereka tahu dulu, lalu mungkin mau melestarikan atau membuat atau mengembangkan lebih jauh,” harap Novan yang telah mendalami damar kurung sejak tahun 2010.
Sependapat dengan Novan, Pingky Aiko, selaku anggota dari ISTB, mengatakan, jika adanya acara pra event festival ini, diharapkan sebagai penambah wawasan bagi peserta yang ikut, untuk mengetahui sejarah dan lebih mengenal damar kurung sebagai lampion tradisional di Indonesia
“Harapannya kita bisa mengajak warga untuk mengenal dan membuat damar kurung yang isinya mengenai gambar aktivitas mereka sehari-hari dan bisa ditampilkan di festival nanti,” ucapnya.
Lebih rinci, ia menyebut, jika acara pra event festival Lampion Tambak Bayan, juga akan ada yang lain, salah satunya bekerja sama dengan subsitute marker space, serta mengadakan workshop membuat damar kurung di kampung Tambak Bayan. (jel/hdl)