Jakarta (pilar.id) – Jepang berencana melepas 7,5 juta barel minyak dari cadangan swasta sebagai bagian dari langkah pelepasan terkoordinasi yang dipimpin oleh Badan Energi Internasional (IEA). Hal ini disampaikan menteri industri Jepang Koichi Hagiuda, Jumat (4/4/2022).
Untuk itu Amerika Serikat dan negara-negara anggota IEA lainnya sepakat melepaskan total 60 juta barel cadangan minyak guna mengkompensasi gangguan pasokan setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Saat ini pemerintah Jepang sedang mengumpulkan informasi tentang pengumuman Exxon Mobil Corp baru-baru ini untuk keluar dari proyek minyak dan gas Sakhalin-1, di mana konsorsium Jepang memiliki 30 persen saham, untuk menilai dampaknya terhadap pasokan energi negara itu.
“Dengan struktur pasokan dan permintaan minyak mentah global yang menjadi tidak stabil, Sakhalin-1 adalah proyek penting bagi Jepang yang mengimpor sekitar 90 persen minyak mentahnya dari Timur Tengah untuk pasokan energi yang stabil,” kata Hagiuda.
Group of Seven (G7) adalah sebuah kelompok negara yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.
“Mengingat sanksi internasional yang intensif terhadap Rusia, kami akan mengambil langkah-langkah yang tepat sejalan dengan G7, memperlakukan pasokan energi yang stabil dan keamanan energi sebagai kepentingan nasional yang harus dilindungi semaksimal mungkin,” ujarnya.
Exxon mengatakan awal pekan ini akan keluar dari operasi minyak dan gas Rusia termasuk mengelola fasilitas produksi minyak dan gas besar di Pulau Sakhalin di Timur Jauh Rusia sebagai akibat dari serangan oleh Moskow ke Ukraina. (usm/hdl)