Surabaya (pilar.id) – Berangkat dari keresahan mengenai tata krama yang saat ini kurang diterapkan oleh generasi muda, seorang pemuda kelahiran Bangkalan, Jawa Timur, Mustofa Sam mencoba mengedukasi tata krama tersebut dalam bentuk permainan tradisional yang dimainkan anak-anak.
Hingga pada 13 Desember 2016, Mustofa Sam atau yang kerap dipanggil Kak Mus mendirikan komunitas Kampung Dolanan, yang dibentuk dengan tujuan mengedukasi permainan tradisional kepada seluruh anak Indonesia ataupun luar negeri, tanpa terkecuali.
Seperti yang disampaikannya, bila Kampung Dolanan lebih berbasis pada mengenalkan permainan dari kampung ke kampung, yang kemudian berkembang ke sekolah, ke tempat umum, lalu kaloborasi bersama komunitas dan korporasi, serta melayani outbond.
“Kita memang belum ada taman atau tempat wisata yang menjadi tempat bermain permainan tradisional dari Kampoeng Dolanan, tetapi tak menutup kemungkinan kita akan menuju. Namun saat ini kami masih fokus pada pemberian edukasi mengenai permainan tradisonal terhadap anak-anak,” jelas pria 31 tahun ini.
Ia menyebut, jika diawal ia mencoba mengenalkan permainan general yang banyak diketahui anak-anak, seperti Tarik tambang, lompat tali, dakon engkle serta permainan lainnya. Meski begitu, diawal ia menceritakan jika dirinya sempat mengalami beberapa kendala, seperti masih kurangnya respon positif dari orang tua.
“Kita juga pernah diusir 5 kali oleh dinas terkait saat Car Free Day di Tunjungan, karena setiap minggu kita biasanya kegiatan edukasinya disana, dengan mengajak anak-anak bermain, lalu di tahun 2020 sempat saya hentikan segala kegiatan, tetapi Kampoeng Dolanan tetap saya jalankan sendiri,” ceritanya.
Kini total anggota komunitas Kampoeng Dolanan berjumlah 330 orang dari seluruh wilayah Indonesia, sedangkan untuk di Surabaya terdapat 10 pengurus aktif.
Meski anggotanya menyebar ke berbagai wilayah, Mus menyampaikan jika relawan tersebut akan membawa dan memperkenalkan permainan tradisional sesuai dengen wilayah masing-masing.
“Bahkan ada relawan kami yang memperkenalkannya hingga ke Malaysa, Taiwan dan Singapore. Sedangkan untuk basecampnya sendiri kita berada di Jalan Kenjeran, Simokerto Surabaya, kalau ada yang mau bermain, ya bermainnya di tempat seadanya,” ucap Mus yang merupakan lulusan D3 Elektronika Pens ini.
Adanya komunitas ini, Mus berharap agar anak-anak Indonesia bisa merasakan permainan tradisional, tanpa terkecuali. Sebab baginya wisata bermain hanya bisa diakses oleh orang yang memiliki akses, sedang bagi anak-anak yang tak memilikinya Kampoeng Dolanan mengambil ranah tersebut.
“Sementara untuk anak-anak yang tidak punya akses, seperti wilahnya yang tak memiliki tempat wisata bermain. Kampoeng Dolanan mengambil peran itu, dengen terus mengedukasi dan memperkenalkan permainan tradisional yang memiliki nilai luhur ke anak-anak,” tutupnya. (jel/hdl)