Batu (pilar.id) – Tak perlu jauh-jauh ke Singapura untuk melihat ratusan jenis anggrek yang cantik. Karena di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur, kita dengan mudah menikmati keindahan kebun anggrek yang tersebar di puluhan rumah warga.
Gara-gara ini pula, sebutan Kampung Anggrek disematkan di desa ini. Maklum, di Dadaprejo, tak kurang dari 40 petani aktif membudidayakan anggrek.
Desa Dadaprejo yang berada di timur kota, tumbuh menjadi beranda wisata Kota Batu. Posisi yang strategis ini menjadikan Kampung Anggrek tumbuh secara ekonomi, khususnya pariwisata.
Selain menjadi destinasi wisata bagi pecinta angrek, kampung ini juga menjadi pusat edukasi budidaya anggrek bagi warga dan juga pelajar serta mahasiswa. Kini, tak kurang dari 110 greenhouse berdiri di kampung ini, yang semuanya dikelola secara mandiri oleh warga.
Tumbuhnya budidaya anggrek di kampung ini di awali oleh seorang petani muda, Dedek Setia Budi, yang mengawali pembudidayaan di tahun 2015, yang kemudian hari semakin berkembang.
Budidaya anggrek yang dinilai memiliki potensi ekonomi menjanjikan, kemudian menarik minat warga lain untuk mengikuti langkah Dedek, yang kemudian hari menerapkan sistem petani plasma budidaya anggrek.
Dedek juga menyediakan bibit bagi warga yang ingin membudidayakan anggrek. Dan dibeli kembali oleh Dedek ketika bibit anggrek sudah bisa di jual. Sehingga para petani binaan tidak perlu menunggu anggrek hingga berbunga. Tak hanya itu, para petani juga bisa berkonsultasi langsung di forum pelatihan yang rutin di adakan di kampung.
Kini, Kampung Anggrek tumbuh menjadi ikon Kota Batu. Ratusan jenis anggrek dibudidayakan di kampung. Jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah dendrobium. Sekali panen, budidaya anggrek menghasilkan 1.673.296 tangkai anggrek yang dihasilkan dari luas lahan 66.674 meter persegi. (ful)