Sidoarjo (www.pilar.id) – Teknologi yang berkembang pesat memberi dampak positif dan negatif. Dampak positif membuat jarak dan waktu tak lagi berarti. Sebaliknya, sisi negatif, sebagian dari kita akhirnya mengaku, kita tidak bisa lepas dari ponsel atau gadget.
Tak hanya orang dewasa, begitu juga anak-anak. Alasan inilah yang kemudian membuat Achmad Irfandi, warga Sidoarjo, Jawa Timur, terinsipirasi mendirikan sebuah kampung permainan bernama Kampung Lali Gadget. Dalam Bahasa Indonesia, Kampung Lupa Gadget
“Dari kondisi anak yang saat ini kecanduan gawai dan tak pernah bermain permainan tradisional, yang menginspirasi saya membangun Kampung Lali Gadget. Yaitu sebuah lingkungan yang mengembalikan suasana permainan di desa,” jelasnya.
Tak hanya itu, belum adanya tempat ramah anak yang ideal, tempat edukasi, atau kampung-kampung tematik bertema literasi dan pendidikan di Kabupaten Sidoarjo juga menambah motivasi, pria kelahiran Sidoarjo ini.
“Nantinya sangat tepat jika menjadikan desa ini menjadi lokasi rujukan para orang tua yang jengah terhadap kecanduan gawai pada anaknya,” tambahnya.
Achmad bercerita, jika kampung bermain yang beralamat di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo ini, berawal dari kegiatan literasi di desa yang pernah ia buat bersama kawan-kawan mudanya. Atas minimnya budaya membaca di kalangan anak-anak itu, terciptalah kegiatan literasi, pengenalan budaya serta kearifan lokal pada anak.
Lanjutnya, pada kegiatan kedua lebih menjurus pada penguatan permainan tradisional yang semakin banyak ditinggalkan, dengan tajuk ‘Dolanan Tanpo Gadget’ menjadi populer di kalangan masyarakat. Kian hari, mulai ada yang peduli dan memberikan donasinya. Sehingga ide menjadikan program ini sebagai embrio desa wisata edukasi muncul, dan disematkanlah istilah ‘Kampung Lali Gadget’.
“Berbagai komunitas maupun anak muda atas nama pribadi berduyun-duyun mengikuti. Hingga dibentuklah grup relawan dari semua elemen pemuda Sidoarjo,” kenang pria 28 tahun ini.
Kampung Lali Gadget memiliki 2 lokasi utama, yakni Gubuk Baca dan Gubuk Kebun Gayam. Desain gubuk sengaja dibuat, agar anak-anak terbiasa beraktivitas dan menikmati suasana sederhana, bersahaja serta dapat merasakan kehidupan di desa.
Di situ terdapat beberapa permainan seperti patil lele, egrang, bakiak raksasa, engkle, sumpitan, petak umpet, gobak sodor, bahkan perahu daun, gelembung raksasa, dan masih banyak lagi.
Hadirnya Kampung Lali Gadget ini, juga menjadi lahan baru bagi Unit Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pasalnya masyarakat sekitar yang kini mulai mengembangkan UMKM karena banyaknya kunjungan, dalam setiap event yang diselenggarakan kampung permainan ini.
“Ada sekitar 10 UMKM lebih yang bisa memanfaatkan hadirnya event Kampung Lali Gadget untuk meraup keuntungan. UMKM yang konsisten dan bertahan setiap hari ada tiga UMKM, belum lagi penjual jajanan keliling yang sering mampir ketika ada anak-anak bermain,” jelas Achmad lagi.
Hadirnya kampung permainan yang telah berusia tiga tahun ini, bukan sebuah program yang menjauhkan anak-anak dari gawai sama sekali. Namun lebih kepada mengimbangi penggunaan gawai pada anak dengan permainan tradisional.
“Diharapkan Kampung Lali Gadget, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara langsung dalam edukasi karakter dan kebudayaan secara informal,” tutupnya. (jel)