Surabaya (pilar.id) – Kasus leptospirosis masih merebak, beberapa saat setelah kabar kasus flu burung muncul dan menarik perhatian dunia kesehatan.
Seperti diketahui, leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira Sp yang pada umumnya ditularkan melalui kencing tikus.
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof Dr Lucia Tri Suwanti, kasus leptospirosis sejatinya tidak hanya ditularkan oleh tikus. Kasus ini bisa juga ditularkan semua hewan yang terkontaminasi bakteri Leptospira Sp.
“Tikus itu memang agen penyakit. Salah satunya leptospirosis. Tapi, saya pernah menemukan kasus unik yang mana anak bimbingan saya itu meneliti adanya leptospirosis dari seorang peternak yang ternaknya tidak pernah dimandikan,” jelas Lucia.
Untuk itu ia mengatakan, kasus yang muncul dari peternak, bisa jadi karena kondisi kandang yang tidak dibersihkan dengan baik.
Kondisi tersebut, sambungnya, membuat ternak menjadi kotor dan ketika peternak itu berkontak langsung dengan hewan ternaknya maka menyebabkan infeksi leptospirosis.
“Kalau dari udara tidak menular, tapi kalau dari luka yang terbuka kemudian makanan dan minuman itu pasti,” tambahnya.
Ia pun mengingatkan, leptospirosis tidak menular dari manusia ke manusia lainnya. Ini terjadi karena manusia adalah inang terakhir.
“Namun perlu diwaspadai juga mengingat pada dasarnya penularan antar hewan masih dapat terjadi,” tegasnya.
Terkait pencegahan, ia kemudian menjelaskan bahwa hal yang perlu diwaspadai adalah kebersihan lingkungan. Terlebih saat musibah banjir.
“Budayakan untuk selalu menggunakan sepatu anti boots, sarung tangan, dan rajin mencuci tangan,” tegasnya.
Untuk itu, lanjutnya, ada baiknya jika masyarakat biasa mengelola bangkai tikus dengan baik. Misalnya dengan membakar atau mengubur.
“Dengan demikian diharapkan bangkai tersebut tidak dimakan oleh binatang lain sehingga meminimalisir potensi penyakit yang bisa ditularkan,” tutupnya. (ret/hdl)