Gresik (pilar.id) – Pegiat lingkungan cilik asal Gresik, Aeshnina Azzahra Aqulani, kembali mengirimkan surat ke Presiden RI Joko Widodo untuk lebih mendorong pemerintah dalam pembuatan peraturan pencegahan masuknya sampah impor, peraturan membakar sampah, dan pengawasan pembuangan limbah pabrik di sungai.
Perempuan berusia 14 tahun ini, telah meneliti bahwa air sungai Brantas, kali Porong, kali Surabaya, kali Marmoyo, semuanya telah mengandung mikroplastik.
Tak hanya itu, ia juga melihat bagaimana industri membuang limbahnya yang berwarna putih, hitam pekat dan mempengaruhi warna air sungai, padahal air sungai digunakan untuk bahan baku PDAM, untuk tambak dan ini jelas jelas terpengaruh. Sementara itu ikan ikan disungai telah mengandung mikroplastik bahkan didalam tubuh manusia sekalipun.
“Kami tidak mau menanggung beban pencemaran yang disebabkan oleh generasi saat ini, kami punya hak hidup di lingkungan yang bersih dan sehat,” tegas Nina.
Tuntutan lain, mengenai impor sampah, Nina melihat masih saja beberapa negara, seperti Amerika, Kanada, Australia dan negara-negara Eropa menyelundupkan sampah plastik kotor mereka kedalam sampah kertas yang akan dikirim ke Indonesia.
“Setelah pabrik kertas mengambil sampah kertasnya sampah plastik impor dibuang didesa-desa disekitar pabrik kertas, Desa Bangun Mojokerto menjadi tempat pembuangan sampah plastik impor terbesar di Jawa Timur,” ujarnya.
Sampah yang terkumpul tersebut, membuat para penduduk desa memilah sampah plastik impor yang laku dijual dan yang tidak laku dijual. Sampah plastik impor yang laku dijual atau yang bisa didaur ulang dijual ke pabrik daur ulang plastik untuk dijadikan pelet plastik
“Plastik-plastik itu kemudian dikirim ke China, tapi proses daur ulang plastik sangatlah kotor, sampah plastik impor dicuci dengan air sungai atau air sumur. Kemudian limbahnya dibuang kesungai tanpa pengolahan limbah cair, membuat limbah pabrik daur ulang mencemari sungai dan membunuh ikan-ikan disungai,” papar Nina.
Adanya surat yang ia kirimkan ke Jokowi, Nina berharap agar pemerintah Indonesia tak hanya mementingkan infrastruktur, tetapi juga memperhatikan lingkungan demi generasi penerus selanjutnya.
“Tolong jangan habiskan cadangan sumber daya alam kami. Kami mohon pak Jokowi lebih memperhatikan lingkungan untuk generasi selanjutnya dimasa depan,” harap Aeshnina dalam suratnya. (jel/hdl)