Surabaya (pilar.id) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa peminjam usia muda merupakan penyumbang terbesar pinjaman macet di fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online. Hal ini menarik perhatian Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, yang menekankan pentingnya edukasi keuangan bagi generasi muda.
“Data yang disampaikan OJK menunjukkan pentingnya edukasi keuangan untuk kalangan milenial. Anak-anak muda perlu mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana mengelola keuangan agar dapat menakar dengan baik langkah mereka,” kata LaNyalla di Surabaya, Sabtu (8/6/2024).
Generasi milenial, menurut LaNyalla, cenderung memiliki gaya hidup boros, sulit menabung, dan kurang peduli terhadap investasi masa depan. Kondisi ini menimbulkan risiko finansial karena pengelolaan keuangan yang kurang sehat.
“Literasi keuangan adalah pengetahuan fundamental yang perlu dimiliki masyarakat. Edukasi ini harus dimulai sejak dini, dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Dengan edukasi yang baik, mereka tidak mudah terjebak pada perilaku konsumtif akibat peer pressure, influencer, dan faktor-faktor lainnya,” tambahnya.
Senator asal Jawa Timur ini berharap Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan lembaga perbankan lebih serius dalam melakukan edukasi keuangan kepada masyarakat melalui berbagai platform. Ia juga menekankan pentingnya peran keluarga dalam edukasi keuangan.
“Edukasi keuangan bukan hanya tanggung jawab lembaga keuangan dan perbankan, tetapi juga keluarga. Mereka yang paling dekat dan tahu perilaku keuangan anggota keluarga lainnya,” papar LaNyalla.
Menurut data OJK, tingkat kredit macet lebih dari 90 hari berdasarkan usia 19 tahun-34 tahun per Maret 2024 mencapai Rp 726,63 miliar dari total outstanding pinjaman macet lebih dari 90 hari sebesar Rp 1,37 triliun. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, outstanding pinjaman macet lebih dari 90 hari tercatat sebesar Rp 1,14 triliun, dengan kontribusi usia 19 tahun-34 tahun sebesar Rp 672 miliar. Ini menunjukkan peningkatan nilai pinjaman macet oleh usia muda.
Dengan kondisi ini, penting bagi semua pihak untuk bersama-sama meningkatkan literasi keuangan agar generasi muda dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka dan menghindari risiko kredit macet di masa mendatang. (hdl)