Surabaya (pilar.id) – Mashuri SS MA, alumnus Sastra Indonesia Universitas Airlangga (UNAIR) tahun 2002, menorehkan kiprah luar biasa di dunia sastra. Sebagai sastrawan yang aktif menulis berbagai genre, mulai dari puisi, naskah drama, cerpen, hingga novel, Mashuri terus berkarya dan berkontribusi dalam perkembangan sastra Indonesia.
Sejak masa kuliah, Mashuri memperdalam kecintaannya pada seni dan sastra melalui Komunitas Teater Gardu Puisi (Gapus) dan Forum Studi Sastra dan Seni Luar Pagar (FS3LP).
Pada tahun 2000, ia bersama rekan-rekannya menerbitkan buku kumpulan puisi berjudul Menguak Tanah Kering. Prestasinya semakin bersinar saat novelnya, Hubbu, meraih juara pertama Sayembara Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta pada 2006.
Tidak hanya berkiprah sebagai sastrawan, Mashuri juga mengembangkan karier sebagai wartawan, redaktur, pengkaji, hingga peneliti. Sejak 2019, ia resmi menjadi peneliti dengan spesialisasi pada sastra interdisipliner. Pada 2021, ia bergabung dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) setelah adanya kebijakan penyatuan peneliti dalam satu lembaga.
Menurut Mashuri, menjadi peneliti adalah pilihan karier yang sejalan dengan kurikulum Sastra Indonesia UNAIR. “Untuk menjadi peneliti, saya harus menempuh jalan panjang. Saya bekerja sebagai wartawan hingga 2011, lalu beralih ke dunia penelitian pada 2019. Kini, saya fokus pada penelitian sastra pesantren, terutama manuskrip dan tradisi lisan,” ujarnya.
Kontribusi untuk Masyarakat
Sebagai seorang peneliti, Mashuri tidak hanya mengeksplorasi sastra dalam konteks akademik, tetapi juga berupaya memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Fokus penelitiannya mencakup tradisionalitas, religiusitas, serta perubahan sosial yang sering kali kurang mendapat perhatian. “Saya berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan sosial budaya,” tambahnya.
Mashuri menepis stigma negatif tentang lulusan sastra yang dianggap memiliki prospek kerja terbatas. Ia menegaskan bahwa tantangan terbesar bukan berasal dari jurusan yang diambil, tetapi dari diri sendiri.
“Saya bisa mendapat pekerjaan sebagai wartawan sebelum lulus kuliah, dan juga menjadi staf di Balai Bahasa karena latar belakang pendidikan saya,” katanya.
Sebagai penutup, Mashuri berpesan kepada mahasiswa UNAIR agar tidak pernah berhenti menuntut ilmu. “Anda harus menguasai bidang keilmuan Anda. Setelah itu, silakan terbang ke mana-mana,” pungkasnya. (usm/hdl)