Surabaya (pilar.id) – Memasuki masa libur lebaran, warga di sekitar Pantai Kenjeran, Surabaya, sibuk menyiapkan beraneka macam buah tangan. Maklum, Pantai Kenjeran hingga saat ini masih masuk dalam daftar kawasan wisata pilihan Kota Pahlawan.
Seperti pagi itu, aktivitas di salah satu sudut kampung nelayan Kejawan Lor, Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak Kenjeran, nampak riuh dengan asap yang keluar dari cerobong-cerobong bangunan di antara padatnya rumah penduduk.
Meski kadang pekat dan membuat mata perih, semangat orang-orang itu menyatu bersama barisan ikan yang sudah tertata rapi di nampan pengasapan. Tak lama, semerbak bau asap dari bara api tempurung kelapa membalut wangi ikan berbagai jenis dan ukuran pun tercium kuat.
Kampung nelayan yang terletak di ujung Jembatan Suroboyo ini memang terkenal sebagai pusat ikan asap segar. Tak heran pasar dan jalanannya selalu ramai diserbu pengunjung yang ingin membeli ikan panggang untuk dinikmati sekembalinya ke rumah.
Fitri, salah satu pelapak mengaku bisa menjual ikan asap panggangan sampai 50 kilogram pada hari-hari biasa. Sementara pada hari libur bisa dua kali lipatnya. Salah satu jenis panggangan yang jadi rebutan pembeli adalah ikan keting.
“Ikan ini asli selat Madura, yang sehari-hari ditangkap nelayan dari sini,” katanya. Sementara untuk jenis ikan lain ada pari, tengiri, manyung, kakap, hingga baronang.
Lain kampung asap, lain pula oleh-oleh yang ditawarkan dari kampung seberangnya. Di Kampung Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak, juga tak jauh dari Jembatan Suroboyo, sudah berjajar kerupuk ikan serta keripik olahan hasil laut yang siap dipinang pengunjung sebagai buah tangan.
Pemandangan yang tak jarang menjadi atraksi bagi wisatawan adalah ketika warga lokal mengolah langsung hasil laut di depan toko atau di pintu-pintu masuk gerbang kampungnya. Ada yang memamerkan bagaimana lorjuk atau sejenis kerang khas perairan Kenjeran – Madura ini dikeringkan dan digoreng menjadi keripik yang menggugah selera.
Fairuz, warga Depok, sempat memborong rambak kulit ikan dari salah satu toko yang ada di sana. “Tadi lihat mbaknya goreng rambak, tapi dari kulit ikan. Karena penasaran disuruh incip, ternyata enak,” ujar Fairuz dengan raut berbinar.
Karena cocok dengan cita rasa yang ditawarkan, ia langsung membeli satu plastik besar krupuk ikan berbobot dua kilogram, lalu dibawa ke bagasi mobil untuk kemudian dibagikan ke kerabat.
Bagi yang mau eksplorasi lebih dalam lagi, dari Pantai Ria Kenjeran cobalah masuk menuju Pantai Nambangan di area Taman Suroboyo dengan ikonik patung Suro dan Boyo yang menjulang.
Di kampung nelayan Cumpat yang warganya jamak menjemur ikan ini, penggemar iwak asin seolah menemukan surganya. Lihat saja kanan kiri jalannya, nampan besar dari bambu dengan barisan ikan asin yang sudah berbaris rapi siap untuk dijemur.
Yang sudah tak sabar ingin merasakan gurihnya ikan asin asli Kenjeran ini, pengunjung bisa langsung menawar di lokasi. Atau kalau mau menyaksikan bagaimana ikan asin diproses, bisa blusukan ke gang-gangya untuk menyaksikan ibu-ibu menyiapkan ikan segar untuk dikeringkan menjadi ikan asin.
Ketiga kampung di area wisata Kenjeran seolah memiliki aturan tak tertulis untuk mengolah hasil laut sekitar menjadi potensi kampungnya masing-masing. Kampung Kejawan Lor dengan ikan asap panggangan, Kampung Sukolilo Baru menawarkan keripik ikan, serta Kampung Cumpat dengan potensi ikan asin.
Kalau warga lokal dari masing-masing kampung di Kenjeran sudah menawarkan buah tangan yang otentik, tinggal pengunjung yang menentukan. Mau membawa pulang iwak panggang, keripik iwak atau iwak asin? Atau mau menjelajah ketiga kampung yang saling berdekatan itu dengan tiga oleh-oleh yang berbeda? (ton/hdl)