Jakarta (pilar.id) – Indonesia merupakan negara dengan banyak agama hidup di dalam masyarakatnya. Meski tidak sebesar dua agama matoritas, Islam dan Kriaten, masyarakay Indonesia juga masih banyak yang memeluk agama Buddha.
Bahkan, salah satu monumen bersejarah umat Buddha juga masih menjadi salah satu objek wisata paling populer di Indonesia yakni, Candi Borobudur. Monumen sejarah ini juga masih sering digunakan untuk acara-acara keagamaan.
Termasuk Hari Raya Waisak tahun 2022 ini. Tak ketinggalan, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas juga menyampaikan selamat Hari Waisak pada seluruh umat Buddha pada peringatan Waisak 2566 tahun Buddhis.
Selain memberikan ucapan selamat, Menag Yaqut juga mengajak umat Buddha untuk memperkuat moderasi beragama dalam memperingati Tri Suci Waisak yang jatuh pada Senin (16/5/2022).
“Mari terus perkuat moderasi beragama dan rekatkan tali persaudaraan antar sesama, ujar Yaqut dalam video rilis diterima di Jakarta, Minggu.
Yaqut mengatakan hal tersebut sebagaimana diajarkan juga dalam kitab suci Dhammapada syair 194 bahwa kelahiran para Buddha merupakan sebab kebahagiaan, pembabaran pacaran benar merupakan sebab kebahagiaan, persatuan merupakan sebab kebahagiaan, dan usaha perjuangan mereka yang telah bersatu merupakan sebab kebahagiaan.
Tri Suci Waisak, kata Yaqut, senantiasa mengingatkan umat Buddha pada tiga peristiwa penting yaitu lahirnya Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai penerangan Agung dan menjadi Buddha, serta Buddha Gautama Parinibbana.
Hari Raya Waisak ini sendiri diperingati pertama kali di Sri Langka pada tahun 1950. Waisak atau yang juga disebut Tri Suci Waisak merupakan peringatan terhadap tiga peristiwa penting dalam agama Buddha. Pertama, memperingati kelahiran Pangeran Siddharta, kemudian pengangkatan Siddharta sebagai Buddha dan wafatnya Buddha Gautama.
Keputusan terkait hari peringatan Waisak yang jatuh di purnama pertama bulan Mei ini sudah melalui kesepakatan dari World Fellowship of Buddhists (WFB).
“Pangeran Siddharta telah mengajarkan umat Buddha tentang Majhima Patipada, ajaran tentang pentingnya praktek kehidupan beragama yang berprinsip jalan tengah atau moderat. Prinsip ini sangat dibutuhkan dalam menjaga kerukunan dan kedamaian,” kata dia.
Menurutnya, seluruh umat Buddha Indonesia mempunyai tanggung jawab yang sama untuk ikut membangun masyarakat yang rukun, damai dan sejahtera, dan itu bisa dilakukan dengan memahami kebenaran Dharma yang hakiki. (fat)