Surabaya (pilar.id) – Teras depan Gedung Merah Putih, Balai Pemuda, Surabaya, malam itu tak seperti biasanya. Sebuah layar kain berukuran kurang lebih 2×1 meter membentang disorot lampu. Sejumlah anak mencoba memainkan wayang yang terbuat dari plastik.
Dari balik layar, siluet wayang plastik dengan tangan anak-anak itu menjadi pemandangan unik layaknya sebuah pagelaran wayang kulit.
Memang tidak ada lakon khusus yang dimainkan malam itu. Jumali, pencipta wayang wolak-walik asal Malang secara khusus mampir di kompleks Balai Pemuda, Surabaya.
“Kebetulan kami ada acara di Surabaya hari ini, jadi saya sowan sekalian ke kawan-kawan seniman di Surabaya, sambil mengisi waktu dengan menggelar wayang wolak-walik,” jelas Jumali.
Secara spontan Jumali juga mengajak pengunjung mendekat dan memegang wayang plastik. “Tak ada lakon khusus, kami hanya mencoba memberikan pengalaman baru bagi pengunjung,” imbuh aktivis lingkungan yang kerap menggelar wayang bagi anak-anak korban bencana alam.
Malam itu, di bawah langit cerah Balai Pemuda, wayang plastik yang digelar Jumali dan rekan-rekannya menyumbang angin segar bagi pelestarian seni budaya untuk warga Surabaya. Permainan seruling dan kendang bertalu, mengiringi anak-anak yang bersenang-senang dengan permainan baru mereka. (muk/hdl)