Jakarta (pilar.id) – Indonesia memiliki banyak pabrik dan perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur. Namun, sebagian besar dari pemenuhan kebutuhan mesin perkakas atau machine tools yang digunakan, masih harus dilakukan melalui impor.
Padahal, jika kebutuhan perkakas produksi manufaktur tersebut bisa dipenuhi sendiri oleh produksi dalam negeri, akan memberikan manfaat ekonomi yang cukup besar.
Bermula dari upaya pemenuhan potensi tersebut, Kementerian Perindustrian ((Kemenperin) menjalin kerja sama dengan Korea Institute of Advancement of Technology (KIAT) melalui nota kesepahaman (MoU) proyek MTIDC (Machine Tools Industry Development Center).
Melalui program ini, diharapkan produksi perkakas dalam negeri bisa lebih berkembang dan tidak lagi hanya memenuhi kebutuhan skala light dan medium duty saja. Tetapi, juga bisa menghasilkan komponen mesin dan peralatan yang bernilai tambah tinggi.
“Faktor-faktor yang perlu didorong dari industri mesin perkakas adalah penguasaan teknologi dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dua hal faktor ini amat penting untuk dapat meningkatkan kemampuan produksi subsektor tersebut,” ungkap Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (3/11/2022).
Kerja sama MTIDC nantinya diharapkan mampu menjadi jembatan peningkatan kualitas SDM dan penguasaan teknologi yang dinilai jadi dua faktor penting tersebut. Nantinya, kesepakatan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk kerja sama antara KIAT, CAMTIC Advance Mechatronics Technology Institute for Commercialization, dan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kerja sama tersebut diimplementasikan dalam bentuk peningkatan kapasitas SDM industri melalui pelatihan dan pendidikan bidang industri mesin perkakas dengan tenaga ahli dari Korea Selatan, perakitan dan pengembangan bersama mesin perkakas untuk menstimulasi produksi mesin perkakas maupun komponennya di dalam negeri, serta pemberian hibah mesin general lathe dan peralatan pendukungnya.
Pada saat penyelenggaraan seremonial kerja sama MTIDC tersebut di Bandung, Selasa (1/11), Taufiek menyatakan optimismenya bahwa dengan kemampuan COE ITB dan transfer pengetahuan pihak Korea Selatan, akan lahir inovasi-inovasi baru yang dapat diserap oleh Kementerian/Lembaga.
“Machine tools berperan penting untuk memperkuat industri nasional. Dengan kerja sama ini, peralatan tersebut dapat mengisi pengadaan pemerintah serta digunakan di Sekolah Menengah Khusus. Kami juga mengharapkan ITB dapat mengembangkan variasi machine tools untuk makin memajukan produksi nasional,” ujarnya.
Direktur Jenderal KIAT Park Cheon Kyo menyatakan pihaknya mendukung pengembangan mesin-mesin lain seperti mesin bubut CNC. Menurutnya, hal ini dapat membantu pengembangan industri mesin perkakas Indonesia.
“Proyek ini merupakan simbol teknologi dan kerja sama bilateral antara Korea Selatan dan Indonesia untuk meningkatkan kerukunan dan kebersatuan antar negara,” ungkapnya.
Vice President CAMTIC Song Ki Jung menambahkan pusat mesin perkakas di Indonesia ini diharapkan dapat menjadi model. Ke depan Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi pusat mesin, namun juga pusat di bidang-bidang lainnya.
“Semoga kerja sama kedua negara ini dapat terus berlangsung dengan baik dan tidak menutup kemungkinan untuk membangun kerja sama kembali untuk proyek-proyek lainnya,” kata Song.
Sementara itu Rektor ITB Reini Wirahadikusumah menyampaikan terima kasih kepada Kemenperin yang telah mendorong dan memfasilitasi terwujudnya kerja sama antara KIAT, CAMTIC, dan FTMD ITB. (fat)