Jakarta (pilar.id) – Gibran Rakabuming Raka mencuri perhatian dalam debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) kedua yang berlangsung pada Minggu (21/1/2024) lalu. Pasangan dari Prabowo Subianto ini mendapatkan eksposur tertinggi dibandingkan dengan cawapres lainnya selama periode tersebut.
Menurut data dari Menara Digital Media Monitoring, Gibran mendapatkan eksposur tertinggi sebesar 11.720, sementara Mahfud MD mendapat 6.928 dan Muhaimin Iskandar mendapat 6.307.
Anthony Leong, Direktur PoliEco Digital Insights Institute (PEDAS), menyatakan bahwa Gibran juga unggul dalam sentimen positif dengan persentase sebesar 49%, sedangkan Mahfud MD mendapat 45% dan Muhaimin Iskandar 42%.
“Sedangkan untuk sentimen positif, Gibran juga unggul atas Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar. Gibran mendapat 49% sentimen positif, sedangkan Mahfud MD 45% dan Muhaimin 42%,” ujar Anthony pada keterangannya (22/1).
Meski demikian, di luar sentimen positif, Gibran mendapatkan 32% sentimen negatif dan 19% netral. Mahfud MD mendapat 38% sentimen negatif dan 17% netral, sementara Muhaimin Iskandar mendapatkan 38% sentimen negatif dan 20% sentimen netral.
Menurut Anthony, Gibran juga menjadi pusat perhatian di media sosial dan online, dengan eksposur besar terutama saat membahas tentang hilirisasi. Gibran menekankan perlunya melanjutkan dan memperluas cakupan program hilirisasi tidak hanya pada sektor pertambangan, tetapi juga pertanian, kelautan, termasuk digital.
“Program Prabowo-Gibran sangat jelas bahwa Indonesia tidak boleh lagi mengirim barang mentah untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Maka dari itu, 02 akan mendorong transisi menuju energi hijau, seperti bioavtur, biodiesel, dan bioetanol, akan didorong,” jelas Anthony.
Pada debat tersebut, ketiga cawapres berkompetisi dalam menyampaikan ide dan gagasan terkait pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup, sumber daya alam, energi, pangan, agraria, hingga masyarakat adat dan desa. Anthony juga mencatat bahwa Gibran mendapat serangan di media sosial yang menyebutnya sombong.
“Kita serahkan ke masyarakat penilaiannya. Pada saat Gibran tampil gemilang dan paparkan fakta malah dibilang menyerang dan sombong. Pada sisi lain, Prabowo mendapat penilaian yang tidak objektif dari kedua capres dan juga mengolok-olok pertahanan negara yang seharusnya itu yang perlu dievaluasi. Kalau berdebat ide dan gagasan seharusnya biasa dalam debat,” tutup Wakil Sekretaris Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI). (usm/hdl)