Jakarta (pilar.id) – Direktur Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Vensya Sitohang mengatakan, pandemi covid-19 memberikan dampak di masyarakat. Pada sebagian orang mengalami masalah gangguan mental neurologis dan juga penggunaan zat.
“Kondisi pandemi memperparah ataupun semakin memengaruhi kesehatan jiwa,” kata Vensya, Sabtu (14/5/2022).
Angka prevalensinya meningkat 1 sampai 2 kali lipat dibandingkan kondisi sebelum pandemi covid-19. Kelompok yang terpapar dengan gangguan jiwa pun berbeda-beda.
Sementara itu, Psikiater Hervita Diatri menjelaskan, kelompok orang yang terpapar gangguan jiwa itu berbeda-beda dan memiliki penatalaksanaan yang berbeda pula. Kelompok yang pertama adalah mereka yang sebenarnya normal sebelumnya atau tidak ada masalah kesehatan jiwa kemudian menjadi memiliki masalah sampai mengalami gangguan jiwa.
Kelompok kedua adalah mereka yang memang sejak awal sudah mengalami masalah kesehatan jiwa. Sebagai contoh, ketika berbicara tentang mereka yang sudah tinggal dengan kekerasan di rumah tangga, kondisi itu membuat mereka menjadi begitu dekat dengan pelakunya terus-menerus di rumah tangga, sehingga masalah gangguan jiwanya menjadi lebih besar.
Kelompok ketiga adalah mereka yang memang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan fisik dan mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan.
Dengan demikian, sangat wajar kalau merasa cemas yang kemudian kankernya tambah berat, hipertensi, jantung, dan sebagainya menjadi berat. Demikian juga teman-teman dengan gangguan jiwa tidak bisa memiliki akses pengobatan
Kelompok terakhir adalah kelompok yang terutama banyak kita temukan di bulan Juli 2021 waktu gelombang kedua pandemi covid-19. Ketika masalah oksigen langka sementara asupan oksigen ke otak itu kurang, bisa saja pada akhirnya menyebabkan gangguan jiwa yang menetap.
“Masalah bunuh diri sebagai contoh, di 5 bulan awal pandemi covid-19 datang, survei mengatakan bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup. Selanjutnya 1 tahun pasca-pandemi oleh survei yang berbeda didapatkan data 2 dari 5 orang memikirkan untuk bunuh diri. Di awal tahun 2022, sekitar 1 dari 2 orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup,” kata Hervita. (her/hdl)