Pontianak (pilar.id) – Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Laksamana TNI Yudo Margono, menekankan bahwa penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) memerlukan kerjasama yang kuat antara TNI, Polri, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat.
Dalam kunjungan kerjanya di Wilayah Komando Daerah Militer (Kodam) XII/Tpr, Pontianak, Kalimantan Barat, Panglima TNI menyampaikan bahwa tantangan Karhutla dapat diatasi hanya melalui kolaborasi yang sinergis.
“Kita semuanya harus bersama-sama menyelesaikan Karhutla ini (kebakaran ini), tidak bisa TNI sendiri, tak bisa Polri sendiri, kita harus bersama-sama masyarakat setempat. Juga kesadaran masyarakat tidak membakar di musim seperti ini. Ini juga perlu sosialisasi pada mereka (masyarakat) karena tanpa kebersamaan dengan masyarakat setempat, dengan pemerintah daerah, tidak mungkin ini bisa kita atasi sendiri,” ujar Panglima TNI.
Lahan gambut, menurut Panglima TNI, rentan terhadap kebakaran. Dia mengungkapkan, “Tadi saya dapat laporan dari Dandim, Kapolres, Kapolda, dan Pangdam, ternyata dari pembakaran yang sudah dijaga ini, begitu malam, merembet ke sebelahnya, ini yang sulit diantisipasi. Tapi ini sudah jauh lebih baik penanganannya karena sudah diantisipasi dari awal.”
Panglima TNI juga menyoroti pentingnya persiapan dalam menghadapi ancaman Karhutla. “Dari awal sudah disampaikan, dengan adanya El Nino ini mengakibatkan tingkat kebakaran hutan sangat tinggi sehingga kita antisipasi, kita dukung juga sarana prasarana yang ada,” tambahnya.
Menanggapi kendala lapangan, Panglima TNI menjelaskan, “Dengan saya meninjau lapangan seperti ini, ternyata kan tidak mudah, dengan hanya mengirim air kemudian disemprotkan, ternyata juga areanya sangat jauh untuk menuju tempat jauh ini, juga perlu selang yang sangat panjang, kemudian dibentuk embung-embung / penampungan air.”
Panglima TNI menekankan peran masyarakat dan prajurit di daerah tersebut dalam memadamkan Karhutla. “Kita yang di daerah ini dapat membantu untuk memadamkan ataupun melaksanakan penanggulangan terhadap Karhutla. Ternyata tidak seperti yang kita lihat di televisi, ternyata kesulitannya sangat tinggi,” katanya.
Untuk meningkatkan kemampuan penanggulangan, Panglima TNI merencanakan pemenuhan peralatan yang lebih baik. “Nanti akan kita susun bersama di Mabes TNI untuk melengkapinya, juga untuk daerah-daerah lain. Ini saya mengambil contoh pertama di Kalbar karena karhutlanya sangat tinggi. Saya yakin di daerah lain, permasalahan ada yang sama dengan di Kalbar ini,” jelasnya.
Panglima TNI menutup pernyataannya dengan mengungkapkan bahwa helikopter akan digunakan untuk “water booming” guna mengisi embung-embung. Hal ini akan membantu proses pemadaman menggunakan pompa dan selang oleh para prajurit serta masyarakat setempat yang bergotong-royong memadamkan Karhutla.
Dengan keterlibatan semua pihak yang terlibat, diharapkan penanggulangan Karhutla dapat berjalan lebih efektif dan mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan dan masyarakat. (hdl)