Jakarta (pilar.id) – Goethe-Institut Asia Tenggara bersama SAVVY Contemporary kembali membuka pendaftaran program residensi internasional REFLEKT 2025 di Berlin, Jerman. Program ini ditujukan bagi seniman, kurator, dan praktisi seni dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Timor-Leste. Masa residensi akan berlangsung selama tiga bulan, yaitu dari September hingga November 2025. Batas akhir pengajuan aplikasi adalah 31 Mei 2025.
REFLEKT merupakan inisiatif Goethe-Institut yang memfokuskan diri pada kolaborasi artistik lintas disiplin, refleksi kritis, dan pembelajaran ulang kreatif. Melalui program ini, peserta akan mengikuti berbagai kegiatan seperti lokakarya, diskusi, hingga praktik seni kolaboratif untuk memperluas wawasan artistik mereka dalam konteks global.
“Residensi ini tumbuh menjadi sebuah rangkaian program yang dikurasi secara cermat dan penuh semangat. Kami bangga bisa kembali menghadirkan edisi ketiga sebagai ruang reflektif dan pertukaran budaya lintas dunia,” ujar Dr. Ingo Schöningh, Kepala Regional Program Budaya Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru.
Dalam edisi ketiga ini, REFLEKT berfokus pada topik-topik yang berkaitan dengan keterkaitan budaya Afrika-Pasifik, peran seniman dalam manajemen kebudayaan, serta pendekatan kritis terhadap pembuatan pameran dan pengelolaan entitas seni. Fokus lainnya mencakup pembangunan sosial berbasis komunitas, aksesibilitas dalam situasi krisis, hingga strategi estetika lintas sektor.
Proyek-proyek pameran yang akan diselenggarakan oleh SAVVY Contemporary selama masa residensi akan mengangkat isu budaya remitansi, komunitas diaspora, serta narasi alternatif terhadap sejarah kolonial, termasuk refleksi atas Konferensi Berlin 140 tahun silam yang membagi wilayah Afrika. Para peserta residensi diundang untuk mengembangkan riset yang relevan dan memberikan respon kreatif terhadap tema-tema tersebut.
Goethe-Institut akan menanggung seluruh biaya perjalanan ke Jerman, termasuk tiket pesawat pulang-pergi kelas ekonomi, biaya visa, asuransi perjalanan, dan akomodasi selama masa residensi. Selain itu, setiap seniman terpilih akan menerima dana lump-sum dan biaya harian senilai 3.000 Euro (sekitar Rp 52.000.000) serta subsidi riset dan produksi sebesar 600 Euro (sekitar Rp 10.400.000).
Para seniman dengan latar belakang manajemen proyek, edukasi seni, komunikasi, pemberdayaan komunitas, dan pelibatan publik sangat dianjurkan untuk mendaftar. Proses seleksi dilakukan secara ketat dan proposal yang diajukan diharapkan mampu mencerminkan pemahaman kritis dan inovatif terhadap topik residensi. Informasi lebih lanjut mengenai pendaftaran dan persyaratan dapat ditemukan di situs resmi Goethe-Institut. (ret/hdl)