Jakarta (pilar.id) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membantah pernyataan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang menyatakan rasio utang Indonesia masih berada di level 40,73 persen. Menurutnya, rasio utang tersebut masih pada posisi akhir 2021.
Sri Mulyani mengatakan, rasio utang Indonesia sudah turun signifikan dalam 6 bulan terakhir. “Hanya dalam 6 bulan sekarang di 37,9 persen,” kata Sri Mulyani, di Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Rasio utang yang menurun secara signifikan tersebut menggambarkan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menuju soft lending yang kredibel tanpa mengorbankan pemulihan ekonomi. Apalagi, saat ini pemulihan ekonomi masih sangat tinggi yang terafirmasi oleh rating agency.
“Di seluruh dunia, hanya 30 negara yang mendapatkan upgrade dari sisi ratingnya, termasuk Indonesia di dalam 30. Padahal 161 negara didown grade ratingnya karena kondisi fiskalnya memburuk dan belum pulih,” terang Sri Mulyani.
Sementara itu, Bambang Soesatyo menyoroti peningkatan utang yang signifikan menimbulkan beban pembayaran bunga tambahan. Sebagai strategi jangka pendek, diperlukan penyusunan prioritas dan re-alokasi anggaran secara tepat.
“Kebijakan burden sharing tidak hanya dengan moneter, tetapi juga dengan dunia usaha, dapat menjadi opsi dalam upaya pembiayaan ketidakpastian di masa mendatang,” katanya.
Sedangkan strategi jangka panjang membutuhkan perencanaan pembayaran utang setidaknya untuk 30 tahun ke depan. Pada saat yang bersamaan, pemerintah harus memastikan kondisi fiskal dan moneter tetap terjaga.
“Di sisi lain, pembayaran kupon dan jatuh tempo utang pemerintah, akan berdampak pada pengurangan cadangan devisa,” tandasnya. (ach/hdl)