Malang (pilar.id) – Memperingati 100 hari tragedi mengenaskan di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang memakan korban 135 nyawa melayang, serta tak kunjung memutuskan pihak yang patut di hukum atas kejadian ini.
Membuat sejumlah orang, yang tergabung di Koalisi Arek Malang, menggelar aksi berupa Festival Solidaritas Kampung Kota, yang bertempat di desa Mergosono, Malang, pada Sabtu (14/1/2023).
Pada acara tersebut, seperti yang disampaikan Kevin, salah satu kawan dari Festival Solidaritas Kampung Kota menjelaskan, jika adanya acara ini, bertujuan untuk memberikan kesadaran dan pengertian kepada masyarakat, bahwa tragedi tersebut, bukan soal suporter atau bola, tapi tentang kemanusiaan dan sosial bermasyarakat
“Selama ini, kita sudah banyak turun aksi, namun belum ada kesinambungan antara suporter, mahasiswa, dan masyarakat. Saya yakin, ketika semua elemen disatukan, suaranya akan lebih lantang, dan mereka yang memiliki kepentingan akan berfikir dua kali untuk melawan kita,” ujarnya.
Selain itu, dalam acara dengan serangkaian kegiatan, seperti live music, pameran foto, diskusi hingga lomba lato-lato ini, disebut Kevin persiapannya, membutuhkan waktu sekitar dua bulan, dengan konsep memenuhi jalanan desa Mergosono.
“Ide ini sudah tercetus sekitar 2 bulan yang lalu, dan sebelumnya, kita belum pernah membuat event seperti ini, maka kita belajar dari pengalaman teman-teman lain, yang kebetulan mereka sempat mengadakan acara serupa, tapi tempatnya berbeda,” ceritanya
Meski begitu, adanya acara solidaritas ini, Kevin berharap bisa menjadi sebuah ruang untuk melawan trauma para korban atau warga Malang sendiri, serta menjadi perlawanan jenis baru.
“Karena di kota Malang, setiap aksi tidak ada yang mengkomando, seperti Andi Peci di Surabaya, jadi kita melihat suporter kehilangan motivasi untuk membuat gerakan aksi lagi dan banyak timbul perpecahan,” ungkapnya.
Maka dari itu, Kevin berharap adanya acara ini, bisa menjadi ruang penyatu antara masyarakat, mahasiswa dan suporter, untuk melakukan aksi, demi menyelesaikan kejadian kelam Kanjuruhan yang masih bermasalah tersebut.
Tak hanya itu, ia juga mengatakan jika acara sosial ini, menjadi gerakan sipil, yang nantinya akan dipantau sampai satu tahun selanjutnya, sembari menunggu siapa pihak yang paling bertanggungjawab terhadap ratusan korban tersebut.
“Maka setelah acara ini, tentunya kita akan membuat kegiatan yang lebih besar dan masif lagi, lalu dalam waktu dekat, kita akan membuat suatu kejutan, karena selama ini, masalahnya belum dituntaskan,” tegasnya.
(jel/din)