Malang (pilar.id) – Keluarga korban tragedi Kanjuruhan telah mengeluarkan desakan kepada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk menghentikan pertandingan sepakbola dalam Liga 1 pada tanggal 1 Oktober 2023 mendatang.
Permintaan ini disampaikan oleh keluarga korban Tragedi Kanjuruhan setelah mereka menghadiri doa bersama dan melihat puing-puing stadion Kanjuruhan yang telah dirobohkan pada Sabtu (16/9/2023) sore.
“Kami ingin mengajukan permintaan kepada keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Pada tanggal 1 Oktober 2023, kami memohon agar tidak ada pertandingan sepakbola yang diadakan di seluruh Indonesia,” tegas Devi Athok Yulfitri, orangtua kandung dua Aremanita yang tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (16/9/2023) malam.
Devi Athok menjelaskan bahwa tragedi Kanjuruhan telah menyakiti hati semua keluarga korban yang kini tengah mencari keadilan, bukan mencari keuntungan pribadi.
“Masalah sepakbola adalah hal terpisah, dan kami sangat berharap agar pada tanggal 1 Oktober 2023, tidak ada pertandingan sepakbola yang diselenggarakan di seluruh Indonesia,” ucap Devi.
Ditambahkan, mereka merasa bahwa Bapak Erick Tohir telah mengkhianati janji untuk membantu menyelidiki kasus Kanjuruhan.
“Untuk Bapak Jokowi, sebagai kepala negara, kami sebagai rakyat kecil hanya memohon bantuan untuk mencari keadilan. Kami di Kabupaten Malang telah mengalami ketidakadilan. Di Polres Kepanjen, tindakan yang diambil tidak sesuai dengan Pasal 338 dan 340 tentang pembunuhan, dan kami meminta agar kasus ini ditindaklanjuti,” tegas Devi.
Nuri Hidayat, keluarga mendiang Jovan Varelino (16), korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan, yang berasal dari Desa Kasembon, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, juga menyampaikan hal serupa.
“Saran yang disampaikan oleh Bapak Devi tadi adalah bahwa pada tanggal 1 Oktober 2023, sebagai penghormatan bagi anak-anak kita, mungkin pertandingan sepakbola bisa dihentikan untuk sementara waktu. Setidaknya selama satu hari, pada tanggal 1 Oktober saja. Ini adalah peristiwa yang berskala internasional, bukan hanya masalah lokal Malang. Jadi, kami mengusulkan agar pada tanggal 1 Oktober, sebagai tanda penghormatan terhadap para korban Tragedi Kanjuruhan, pertandingan sepakbola di Indonesia dihentikan,” ungkap Nuri.
Nuri juga menambahkan bahwa selain penghentian pertandingan sepakbola, pihaknya berharap tanggal tersebut dijadikan sebagai hari berkabung nasional. “Jika memungkinkan, kami berharap bendera dinaikkan setengah tiang sebagai tanda penghormatan kepada para korban tragedi Kanjuruhan. Ini adalah berita duka, dan kami ingin menjadikan tanggal 1 Oktober sebagai hari berkabung,” pungkas Nuri. (ted)