Jakarta (pilar.id) – Modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) China yang berkembang pesat menjadi sorotan penting bagi Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara.
Brigjen TNI (Purn.) Victor P. Tobing, M.Si (Han), menyampaikan dalam diskusi bertema Modernisasi Militer dan Diplomasi Pertahanan China: Peluang dan Tantangan di Asia Tenggara, bahwa kekuatan militer China yang semakin kuat dapat menjadi ancaman serius di kawasan.
Diskusi yang digelar Forum Sinologi Indonesia, Paramadina Graduate School of Diplomacy, dan Paramadina Public Policy Institute pada Senin (30/9/2024) ini membahas dampak modernisasi militer China, khususnya terkait ketegangan di Laut China Selatan (LCS).
Victor menyebut, perkembangan militer China ini bisa memperburuk hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara yang terlibat sengketa wilayah dengan China, terutama karena klaim China bertentangan dengan UNCLOS.
Johanes Herlijanto, Ph.D, Ketua Forum Sinologi Indonesia, menambahkan bahwa modernisasi militer China bukan fenomena baru. Sejak zaman Deng Xiaoping, China telah merencanakan penguatan angkatan bersenjatanya.
Xi Jinping bahkan mempercepat target modernisasi militer China dari 2035 menjadi 2027, sebuah langkah yang patut dicermati oleh negara-negara kawasan.
Victor menjelaskan bahwa China telah membangun pertahanan dengan menjadikan wilayah LCS sebagai rantai kepulauan pertama, sementara Samudra Pasifik menjadi rantai kedua.
Dengan tiga kapal induk dan pangkalan militer di berbagai pulau di LCS, China dinilai memiliki potensi kuat untuk menguasai rantai pertahanan tersebut.
Selain itu, Aisha Rasyidila Kusumasomantri menyoroti kekuatan angkatan laut China yang saat ini memiliki lebih dari 370 kapal, termasuk kapal selam dan kapal tempur permukaan.
Dukungan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan sistem otonom turut memperkuat angkatan bersenjata China. Namun, hal ini menimbulkan tantangan baru bagi negara-negara Asia Tenggara yang bersengketa dengan China di LCS.
Senada dengan Aisha, Peni Hanggarini dari Universitas Paramadina mengungkapkan bahwa meski China mengurangi jumlah personil militernya, kekuatannya justru meningkat di bidang teknologi.
Menurut Peni, sikap China yang ambisius, asertif, dan agresif (3A) ini semakin nyata dalam usaha mereka mencapai China Dream, yang ditopang oleh persaingan global dengan Amerika Serikat. (usm/hdl)