Manado (pilar.id) – Indonesia dianugerai dengan kekayaan alam yang melimpah. Mulai dari ragam flora dan fauna hingga keindahan alam dan kondisi geografis yang subur dan memberikan manfaat bagi manusia.
Namun, belakangan kondisi tersebut terus mengalami kerusakan. Termasuk mulai rusaknya habitat alami hewan liar. Hal tersebut diperparah dengan perburuan hewan liar yang marak terjadi. Salah satunya, untuk dikonsumsi. Kondisi ini menyebabkan populasi satwa liar seperti anoa dan babi rusa menurun dan makin sulit ditemui.
Untuk itu, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara (Sulut), Askhari Dg. Masikki mengajak masyarakat di provinsi itu tidak mengonsumsi satwa liar.
“Memang memerlukan peran semua pihak termasuk di dalamnya peran pemerintah daerah mengimbau masyarakat tidak mengonsumsi satwa liar,” katanya di Manado, Rabu (9/11/2022)
Ia mengatakan upaya lain untuk mencegah penurunan populasi satwa liar dan kepunahan adalah dengan melakukan penangkaran di mana induk diambil di alam kemudian diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memeliharanya.
Nantinya setelah penangkaran tersebut, kata dia, hasilnya yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
“Ini yang sudah kita lakukan, memang ada anggapan daging satwa yang ditangkarkan bila dibandingkan dengan yang ada di alam liar rasanya beda, tapi itu hanya soal rasa,” katanya.
Dikemukakannya bahwa populasi satwa endemik Sulu seperti anoa dan babi rusa cenderung menurun, bahkan hampir tidak ditemukan lagi karena sudah menjauh dari kawasan hutan.
Kondisi tersebut, kata dia, agak berbeda dengan populasi satwa endemik tersebut di Kawasan Taman Nasional Botani Nani Wartabone Kabupaten Bolaang Mongondow.
“Di kawasan suaka margasatwa Nantu, Provinsi Gorontalo populasi kedua satwa liar tersebut masih banyak ditemukan, tapi di beberapa tempat di Sulut sudah jarang terlihat,” katanya.
Dia mengatakan, di provinsi ujung utara Sulawesi tersebut sudah dilakukan penangkaran Anoa sebagai upaya pelestarian satwa agar tidak punah keberadaannya.
“Paling penting adalah kami mengajak masyarakat untuk tidak mengonsumsi satwa liar termasuk di dalamnya jenis satwa endemik Sulawesi seperti Anoa, Babi Rusa, Macaca Nigra, Tarsius bahkan burung Maleo,” demikian Askhari Dg. Masikki. (fat)