Jakarta (pilar.id) – Setahun lalu, Amer Ghalib menduduki jabatan barunya sebagai Wali Kota di Hamtramck, sebuah kota di negara bagian Michigan, Amerika Serikat. Hal yang tak banyak orang duga, Amer merupakan imigran asal Yaman dan beragama Islam.
Dengan demikian, Amer mengukuhkan dirinya sebagai wali kota keturunan Arab, serta muslim pertama di kota tersebut.
Amer Ghalib lahir di Yaman dan kemudian pindah ke Amerika Serikat pada usia 17 tahun. Ia dibesarkan oleh orang tua yang bekerja sebagai buruh, dan menghabiskan 11 tahun pertama pendidikannya di sebuah sekolah kecil di desanya di distrik al-Awd di gubernur Ibb, Yaman.
“Saya dulu membantu keluarga saya dengan pertanian selain sekolah,” kata dia.
Setelah tiba di Amerika, ia menyelesaikan tahun terakhir SMA sambil bekerja di pabrik dan stasiun bensin. Ia juga bekerja sambil kuliah hingga meraih gelar sarjana. Meski sempat kuliah kedokteran, Ghalib lebih memilih terjun ke dunia politik dan pelayanan masyarakat sehingga memutuskan mencalonkan diri sebagai walikota.
“Di Amerika, sulit untuk menyelesaikan tahun terakhir SMA sambil bekerja di pabrik. Saya juga bekerja di pompa bensin sambil kuliah hingga saya menyelesaikan gelar sarjana,” kata Ghalib.
Ayah dari tiga anak ini mengatakan, bahwa komunitas muslim mendukungnya, terutama orang-orang Yaman. Namun, mereka bukan satu-satunya pendukungnya. “Banyak dukungan datang dari non-Muslim juga, dan itulah mengapa saya menang dengan jumlah besar,” katanya.
Kemenangan Ghalib mengukir sejarah yang memberinya kesempatan untuk memimpin kota tersebut. Ia mengatakan, komunitas Yaman khususnya merasa bangga atas prestasinya. Namun, Ghalib mengatakan bahwa dia akan mewakili semua orang.
“Saya juga memahami bahwa ini adalah tanggung jawab besar, dan kita harus bekerja keras untuk berhasil,” katanya.
Dalam pidatonya yang penuh semangat setelah kemenangan, Ghalib menyatakan bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk mewakili semua sudut masyarakat, tidak peduli agama, latar belakang, dan pandangan politik. “Selama kampanye, pesan saya didasarkan pada toleransi, rasa hormat, inklusivitas, dan transparansi. Orang dari semua latar belakang memilih saya karena alasan itu,” katanya.
Ghalib percaya bahwa perjalanan hidupnya dari desa kecil di pegunungan Yaman menjadi walikota di Amerika Serikat telah menginspirasi banyak anak muda. “Saya pernah kuliah kedokteran, tapi cintaku pada politik dan pelayanan masyarakat membuat saya memutuskan untuk mencalonkan diri untuk jabatan publik agar dapat terus melayani masyarakat dengan lebih efisien,” kata Ghalib. (ach/voa/hdl)