Tangerang Selatan (pilar.id) – Berikut informasi profil KH Ali Yafie mantan Rais Syuriyah PBNU yang menunggal dunia di RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu 25 Februari 2023 malam, sekira pukul 22.13 WIB.
Anregurutta Haji (AGH) atau KH Ali Yafie telah berpulang ke rahmatullah sebagai salah satu tokoh di kalangan Nahdlatul Ulama, simak profil-nya yang merupakan keturunan Raja di Ternate.
Profil KH Ali wafat dalam usia 96 tahun, sebalumnya menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama kurang lebih satu bulan terakhir.
Melansir laman NU Online, jenazah KH Ali Yafie akan disemayamkan di rumah duka, di Bintaro, kemudian rencananya akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Ahad 26 Febrauari 2023) selepas zuhur.
Berikut profil KH Ali Yafie melansir laman NU Online, mulai dari karir, organisasi, dan karya-karya semasa hidup.
Sosok KH Ali Yafie lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 1 September 1926, dalam penanggalan Hijriah yakni pada 23 Safar 1345.
Profil KH Ali Yafie lahir pada bulan saat Muktamar NU pertama digelar.
KH Ali Yafie merupakan anak ketiga dari lima bersaudara yakni, As’ad, Muzainah, Munarussana, dan Amira.
Profil KH Ali Yafie lahir dari pasangan Syekh Muhammad Al-Yafie dan Imacayya.
Ibu Kh Ali Yafie merupakan seorang putri raja dari salah satu kerajaan di Tanete, sebuah desa di pesisir barat Sulawesi Selatan.
Ibu KH Ali Yafie yakni Imacayya wafat saat Ali Yafie berusia 10 tahun.
Selepas kepergian sang ibunda, ayah KH Ali Yafie menikah lagi dengan Tanawali.
Syekh Muhammad Al-Yafie dan Tanawali dikaruniai empat keturunan yakni, Muhsanah, Husain, Khadijah, dan Idris.
Ayah KH Ali Yafie yakni Muhammad Al-Yafie meninggal pada awal 1950-an.
Riwayat Karier dan Organisasi Kiai Ali Yafie
KH Ali Yafie pernah mengemban amanah sebagai Hakim di Pengadilan Agama Ujungpandang (Makassar) pada 1959-1962.
Dia juga pernah menjabat sebagai Inspektorat Pengadilan Agama Indonesia Timur pada 1962-1965.
Pada era 1965-1971, Kiai Ali Yafie mendapat kepercayaan untuk bertugas sebagai Dekan di Fakultas Ushuluddin IAIN Ujungpandang.
Pada Muktamar NU di Surabaya (1971), Kiai Ali Yafie terpilih menjadi salah seorang Rais Syuriyah PBNU.
Lalu pada Muktamar NU di Semarang (1979) dan Situbondo (1984), ia kembali diberi amanah sebagai Rais Syuriyah PBNU.
Kemudian pada Muktamar NU di Krapyak 1989, Kiai Ali Yafie diberi amanah sebagai wakil Rais ‘Aam PBNU.
Ia kemudian menjadi Penjabat (Pj) Rais ‘Aam PBNU 1991-1992 setelah KH Ahmad Shiddiq sebagai Rais ‘Aam PBNU kala itu wafat.
Kiai Ali Yafie pun menjabat Ketua Umum MUI pada 1998-2000 menggantikan KH Hasan Basri. Ia pun pernah menjadi Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada periode 2002-2005.
Di samping berbagai kesibukan itu, Kiai Ali Yafie masih mendedikasikan dirinya untuk menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Dakwah Al Irsyad, Pare-Pare, Sulawesi Selatan yang ia dirikan sejak 1947.
Karya KH Ali Yafie Kiai Ali Yafie merupakan seorang ulama yang juga aktif menulis. Ia banyak menelurkan karya-karya tulis yang dijadikan buku.
Berikut beberapa di antara karya-karya Kiai Ali Yafie. Menggagas Fikih Sosial: dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah.
Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Mizan di Bandung pada 1995; Teologi Sosial: Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan.
Dicetak oleh LKPSM di Yogyakarta pada 1997; Beragama Secara Praktis agar Hidup Lebih Bermakna, diterbitkan oleh Penerbit Hikmah di Jakarta, pada 2002.
Buku ini memuat tentang sebuah penafsiran terhadap ajaran agama yang menjadi salah satu kunci penyebab agama selalu menemukan hubungan dan kesesuaiannya.
Buku ini salah satu bentuk tanggapan seorang ulama terhadap beragam perkembangan sosial. Fiqih Perdagangan Bebas (2003); dan Merintis Fiqih Lingkungan Hidup (2006).
Demikian informasi profilKH Ali Yafie melansir laman NU Online. (daz)