Jakarta (pilar.id) – Akhir tahun lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sempat melarang perusahaan pertambangan batu bara untuk melakukan ekspor.
Aturan ini langsung jadi polemik di kalangan pengusaha batu bara. Dalam keterangannya Kementerian ESDM menyatakan jika upaya ini dilakukan untuk mengamankan pasokan pembangkit listrik. Jika pasokan tak terpenuhi, tak kurang dari 10 juta pelanggan PT PLN (Persero) mulai dari masyarakat umum hingga industri, akan merugi.
Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menilai fenomena ini seyogyanya dijadikan momentum bagi Indonesia untuk mulai serius dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT). Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) berharap pengembangan panas bumi di Indonesia mulai ditingkatkan mengingat potensinya yang digadang-gadang sanggup menggantikan peran energi fosil. Khususnya sebagai supply base load, menurut API, rata-rata faktor ketersediaannya mencapai 95 persen.
Melihat potensi ini, empat Mahasiswa Universitas Pertamina asal Manado, Johanes Timothy Jeremy T., Chang Karsten Lee Sangkay, Serina Andiani Pongtuluran, dan Donovan Rendi Suherman, memberikan alternatif solusi eksplorasi lapangan panas bumi di salah satu daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Kami menawarkan konsep eksplorasi lapangan panas bumi secara resource dan ekonomi dengan mempertimbangkan aspek sosial. Misalnya, tetap menjaga kelestarian alam dan cagar budaya di sekitar lapangan eksplorasi,” ungkap Ketua Tim, Jeremy.
Dengan integrasi studi geologi, geokimia, dan geofisika yang telah dilakukan tim, Jeremy menyebutkan diperoleh potensi panas bumi di lapangan tersebut mencapai 250 MW.
“Secara sumber daya, lapangan ini sangat ekonomis untuk dikembangkan karena tipe reservoir nya panas dan didominasi air, sehingga lebih mudah diproduksi dan berpotensi menghasilkan energi lebih tinggi. Karenanya, kami merekomendasikan lapangan ini dikembangkan dengan enam sumur eksplorasi, delapan sumur produksi, enam sumur re-injeksi, dan 17 make-up well,”tutur Jeremy lagi.
Secara ekonomis, lanjutnya, pengembangan lapangan panas bumi ini membutuhkan investasi sebesar 3 juta Dollar AS untuk setiap MW listrik yang dihasilkan, dengan waktu balik modal selama 13 tahun, keuntungan bersih senilai USD 85 juta, dan Internal Rate of Return (IRR) mencapai 16 persen.
Solusi dari Jeremy dan tim ini memenangkan Juara 1 kategori Geothermal Competition, di ajang Annual Petroleum Competition and Exhibition (APECX) 2021. APECX merupakan acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineers, Universitas Gadjah Mada (SPE UGM-SC).
Juara 2 untuk kategori di ajang yang sama, turut diraih oleh Tim dari Universitas Pertamina beranggotakan Nicolas Silaen, Trisha Amanda Beryll, Daffa Rizki Purnomo, dan Abraham Danofan Sembiring.
Diakui Jeremy dan tim, kehadiran Mata Kuliah Geologi Panas Bumi, Geokimia Panas Bumi, Eksplorasi Panas Bumi, Hidrologi Panas Bumi, Manajemen dan Keekonomian Energi, serta Magnetotellurik dan Gravity, sangat membantu tim dalam mengidentifikasi potensi dan menyusun solusi alternatif untuk pengembangan lapangan panas bumi tersebut.
“Selain itu, kami juga terbiasa melakukan kunjungan lapangan dan kunjungan industri khususnya ke fasilitas milik PT Pertamina (Persero). Untuk menyempurnakan hasil riset ini, kami juga banyak berkonsultasi dan dibimbing langsung oleh pekerja profesional dari PT Pertamina Geothermal Energy,” pungkas Jeremy.
Selain dalam kategori Geothermal Competition, Universitas Pertamina juga menyabet Juara 1 di kategori Paper and Poster Competition. Tim beranggotakan Firman Cahya Putra Adistia, William Lim, dan Aufa Gothfan Bara.
Sementara tim yang lain, beranggotakan Arief Akhmad Syarifudin, Christianov Agassi Batistuta Sumolang, Inggrialianthari, dan Rezkhi Trinugrahandini juga berhasil meraih Juara 1 di kategori Case Study Competition.
Tak ketinggalan Tim besutan Mochamad Fa’iq, Abrar Laylramadhan, dan Muhammad Kenandipa Putrayanda juga turut membawa pulang piala Juara 2 di kategori Drilling Fluid Competition. Sebanyak total 5 tim dari Universitas Pertamina, memborong piala di ajang kenamaan tersebut. (hdl)