Surabaya (www.pilar.id) – Demi meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, maka perlu adanya penyebaran fasilitas kesehatan di berbagai pulau di Indonesia.
Hal itulah yang disadari oleh Agus Harianto, dirinya yang sejak tahun 2006 menjadi dokter bedah di Ambon, Maluku ini. Mendapati jika, perluasan tenaga medis di Indonesia belum merata, termasuk di daerah Ambon
“Di Ambon itu ngumpul dokter bedah, tetapi di daerah lain jarang, maka saya dengan teman-teman dokter lain sering mendatangi puskesmas, jika ada masalah pembedahan demi pelayanan di pulau-pulau terpencil,” ujar mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya angkatan 1985 ini.
Maka terfikirlah Agus beserta teman-temannya di Ambon kala itu, membuat sebuah Rumah Sakit Terapung yang berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan di pulau-pulau kecil. Namun hingga 10 tahun berlalu, belum juga memiliki kapal sebagai transportasi utamanya. Hingga di tahun 2016 ia kembali ke Surabaya dan bertekad kembali mewujudkan Rumah Sakit Terapung. Akhirnya, berkat bantuan kerabat dan masyarkat, kapal yang diimpikan pun jadi dan terbentuklah Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA).
Di tahun 2017, tepatnya di bulan Oktober untuk pertama kalinya kapal RSTKA berlayar ke pulau Bawean, Jawa Timur. Demi memberikan pelayanan kesehatan hingga ke pulau-pulau terpencil. Hingga kini, Agus menyebut sudah ada 60 pulau di Indonesia yang kapal RSTKA labuhi dan yang paling jauh hingga ke Pulau Masela di Maluku Barat Daya.
“Semakin jauh, dan terpencil pulau yang dijejaki, maka semakin tepat sasaranya, karena ditempat-tempat seperti itu pasti banyak masalahnya,” tegas laki-laki 55 tahun ini.
Berdasar keterangan Agus, selaku Direktur Rumah Sakit Terapung ini. Ia menjelaskan, jika RSTKA terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pelayanan yang sudah di rencanakan dan kelompok siaga, yang siap berangkat bila ada bencana alam.
“Sistem kegiatannya kerelawanan, kita mewadahi bagi segala profesi tenaga kesehatan apapun, atau akademisi yang terpanggil untuk membantu sesama di daerah pulau-pulau terpencil, yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, karena jaraknya yang jauh,” paparnya.
Tak hanya berfokus pada pelayanan kesehatan, namun RSTKA juga berfokus pada pengembangan masyarakat dan pemulihan ekonomi.
“Dulu kita pernah membuat 70 perahu bagi nelayan di Pulau Donggala, yang saat itu diterjang tsunami, agar mereka bisa melaut kembali,” kenangnya.
Rencana selanjutnya, setelah menuntaskan misinya ke Madura dalam program Madura Sadar Covid-19 (Marco-19), yang bertugas mendata segala informasi hoax di kepulauan Madura mengenai isu Covid-19, serta membuka dialog dan membuka program vaksinasi. Hingga mendapat pengarahan Asia Pasific Academia Consortium for Publik Health (APACPH).
Target di tahun 2022, Agus beserta tim akan berfokus pada kepulauan Madura dengan melakukan uji coba sistem pembangunan kesehatan berbasis maritim yang akan dimulai pada 21 November 2021 nanti di kepulauan Masalembu. Adanya kegiatan ini, kita mendorong pemerintah untuk membuat cluster kepulauan, dimana dalam satu cluster, harus ada satu pulau dibangun fasilitas rlumah sakit yang lengkap
“Sehingga ketika kita pergi dari pulau itu, agar ada yang meneruskan, tak berhenti saat kita pergi,” tutupnya. (jel)