Surabaya (pilar.id) – Menjelang sore, cuaca nampak cerah di kawasan Jalan Nias, Surabaya. Sejumlah perempuan dan seorang pemuda sibuk di dapur sebuah bangunan tua yang difungsikan sebagai Rumah Padat Karya (RPK).
Dapur semi terbuka itu terlihat bersih dan rapi. Sementara di seberang dapur, pelanggan muda beradu tangkas, bermain basket.
RPK ini tak nampak sebagai sebuah tempat untuk menggembleng kemandirian warga di bidang kuliner dan hospitality. Menempati sebuah gedung tua yang direnovasi layaknya sebuah kafe premium bernama Viaduct by Gubeng, RPK ini menjadi kawah candradimuka bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di kecamatan Gubeng, Surabaya.
Riska Maria, satu di antara staf dapur Rumah Padat Karya yang dikelola oleh Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya mengatakan, dirinya merasa bersyukur kini memiliki kesibukan selain sebagai ibu rumah tangga.
“Saya mengikuti tes untuk lowongan kerja di Rumah Padat Karya dari grup percakapan di kelurahan. Setelah melalui tes, saya lolos bersama sekitar 20 warga kecamatan Gubeng lainnya,” tutur Riska Maria.
Riska menambahkan, bukan hal mudah untuk mengikuti pelatihan sekaligus bekerja di RPK Gubeng. “Saya akui memang melelahkan. Belum lagi harus mempelajari banyak hal baru di dunia bisnis kuliner. Namun, sudah tiga minggu berjalan saya makin menikmati dan senang karena mendapatkan banyak pengalaman berharga. Kelak, kalau punya modal, saya ingin mandiri,” kata warga Pucang Sewu, Surabaya ini.
Fredy Yunarto Sakti Wibowo, Personal and General Affair Viaduct by Gubeng, sekaligus salah satu mentor RPK Gubeng mengatakan, dari sekitar 152 pelamar, pihaknya mendapatkan 20 orang yang lolos kualifikasi.
“Namun terjadi seleksi alam. Kini tinggal 18 orang dari 20 orang. Mereka yang keluar punya alasan personal. Diantaranya tidak tahan dengan pelatihan kuliner dan ‘hospitality’ yang menguras tenaga,” ujar Fredy.
RPK Viaduct by Gubeng yang diresmikan pertengahan Mei 2022 lalu, adalah bentuk pemberdayaan warga yang tergolong anyar di Surabaya. Pelanggan bisa mengakses kafe dengan standar layanan dan kualitas makanan terkurasi, yang dikelola oleh warga kota yang terlatih.
“Harapannya, kelak, warga Surabaya berpenghasilan rendah dalam pelatihan ini akan mandiri, atau tetap bergabung di sini mengembangkan diri,” tutup Fredy, yang juga bagian dari Barto and Friends yang bekerjasama dengan Kecamatan Gubeng, Surabaya mengelola Viaduct by Gubeng. (muk/hdl)