Jakarta (pilar.id) – Pada perdagangan awal pekan (4/7/2022), rupiah ditutup turun 29 poin atau 0,19 persen ke level Rp14.9712 per Dollar Amerika Serikat (AS). Pelemahan nilai tukar yang terus menerus dikhawatirkan akan berdampak ke berbagai sektor strategis, salah satunya soal harga pangan.
“Pelemahan nilai tukar akan menyebabkan kenaikan harga bahan pangan khususnya pangan impor,” kata Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada Pilar.id, di Jakarta, Senin (4/7/2022).
.
Bulan Juni kemarin, lanjut Bhima, inflasi pangan sudah tinggi, ditambah pelemahan nilai tukar tentu masyarakat harus mengeluarkan dana lebih besar untuk membeli kebutuhan pokok. Padahal mulai dari gandum, jagung, bawang putih, dan gula ketergantungan impornya cukup besar.
Jika pelemahan rupiah terus berlanjut, bukan tidak mungkin tingkat suku bunga acuan akan naik. Ketika suku bunga terkerek naik, hal itu akan mempengaruhi beban kredit masyarakat yang semakin tinggi.
“Konsumen mau beli rumah dan kendaraan bermotor lewat cicilan semakin berat. Terutama KPR karena floating rate-nya akan naik,” jelas Bhima.
Suku bungga yang tinngi akan menurunkan konsumsi rumah tangga yang baru tahap pemulihan, setelah lebih dari 2 tahun ditekan pandemi. Karena itu, Bhima memprediksi ada kecenderungan simpanan meningkat karena prilaku saving atau berhemat dari masyarakat menengah atas.
Di sisi lain, kalau simpanan terlalu gemuk maka intermediasi perbankan akan terganggu. “Jadi bayangkan kalau sebagian besar konsumen memilih berhemat, imbasnya ekonomi bisa macet,” kata dia.
Sementara itu, Investment Analyst PT Stockbit Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, pelemahan rupiah tergantung pada agresivitas The Fed dalam menaikkan tingkat suku bunga. Diperkirakan, pada bulan ini The Fed akan menaikkan suku bunga 0,75 persen dan pada akhir tahun bakal ada dua kali kenaikan masing-masing 0,5 persen.
“Itu kan masih agresif ya,” katanya.
Rupiah, lanjut Hendriko, menunggu respons kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk mengendalikan volatilitas mata uang Garuda. Hendriko memprediksi, BI baru akan menaikkan suku bunga acuan pada kuartal III 2022.
“Nah itu bisa meredam pelemahan dari US dollar,” kata Hendriko.
Selain kebijakan suku bunga acuan, menurut Hendriko, pemerintah harus menjaga inflasi. Untuk menjaga inflasi agar tetap terkendali, bisa dilakukan dengan pemberian subsidi kepada masyarakat kurang mampu. “Supaya inflasinya nggak bengkak gitu,” tandasnya. (ach/hdl)