Bantul (pilar.id) – Menjelang Ramadhan masyarakat di Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul menggelar upacara adat Nyadran Makam Sewu.
Nyadran memang jadi salah satu adat yang tak pernah lepas di kehidupan masyarakat Kelurahan Wijirejo tiap kali menyambut datangnya Ramadhan. Nyadaran Makam Sewu ini merupakan upacara adat berupa ziarah ke makam leluhur.
Utamanya, Nyadaran Makam Sewu ini ditujukan untuk berziarah ke makam Kanjeng Panembahan Bodho di Kompleks Makam Sewu. Menyambut Ramadhan 2023 kali ini, Masyarakat Wijirejo menggelar Nyadran Makam Sewu pada Senin (13/3/2023).
Upacara yang digelar setiap hari Senin setelah tanggal 20 Ruwah atau Sya’ban ini, dimulai dengan Arak Jodang ubo rampe sedekahan dan gunungan oleh para bregada dari lapangan yang berjarak sekitar satu kilometer dari Makam.

Sesampainya di Pendopo komplek Makam, diiringi alunan gamelan gunungan dan ubo rampe tersebut diserahkan kepada perwakilan masyarakat Wijirejo. Kemudian, dilakukan doa bersama dengan dzikir tahlil.
“Selanjutnya, kenduri dan tabur bunga atau nyekar di makam Panembahan Bodho,” ungkap Ketua panitia Nyadran Agung Makam Sewu, Hariyadi di sela acara.
Setelah tahapan usai, gunungan yang dikirab tersebut kemudian dibagikan ke masyarakat yang berada di sekitar lokasi. Prosesi ini paling ditunggu masyarakat untuk diperebutkan, dipercaya gunungan sedekah bumi ini membawa berkah.

Diketahui, tradisi budaya akulturasi Hindu dan Islam ini menjadi kegiatan yang telah lama turun temurun di wilayah Pandak dan sebagian wilayah Pajangan.
Lebih lanjut, Hariyadi menjelaskan rangkaian upacara Nyadran ini sebagai simbol menyucikan diri lahir dan batin menjelang bulan Ramadhan. Menurutnya, selain hubungan dengan Sang Pencipta juga dengan sesama.
“Termasuk sesama ini juga yang sudah meninggal, kita doakan, sedekahan, nyekar, dan membersihkan makam. Sehingga ada komunikasi dari berbagai arah,” imbuhnya.

Adapun ubo rampe sedekahan dan kenduri terdiri dari berbagai hasil bumi Kalurahan Wijirejo yang bermakna filosofis dan sosial seperti apem, kolak, ketan, buah-buahan, sayuran, makanan olahan ingkung ayam, nasi uduk, sambal gepeng, dan lain-lain. Sementara kenduri berisi, olahan makanan
Sementara, salah seorang masyarakat setempat, Sutinah mengaku menantikan momen yang hanya digelar satu tahun sekali ini. Ia bahkan rela berdesakan dan berebut untuk mendapatkan gunungan hasil bumi untuk mendapat keberkahan.
“Senang. Ngalap berkah (meraih berkah), tadi ikut nyekar, doa bersama juga. Terus pas gunungan bisa dapat terong, wortel, kubis sama ada beberapa sayuran lain,” kata Sutinah. (riz/fat)