Semarang (pilar.id) – Jangan ragu untuk bermimpi bahkan setinggi langit. Sesudahnya, lakukan sesuatu agar mimpi itu jadi nyata. Meski satu langkah, walau hanya sejengkal.
“0,1 persen proses tetaplah sebuah progres,” aku Sheikha Fajrianita, mahasiswi Pendidikan Tata Busana Universitas Negeri Semarang 2018.
Berbekal keyakinannya, ia menjadi juara 1 Lomba Casual Fashion atau Fashion Design Competition Batik Cirebon 2021 pada 19 November 2021 di Ground Floor CSB Mall Cirebon.
Saat itu, ibunya yang memberi tahu jika ada lomba tersebut. Tidak berlama-lama, dalam waktu satu minggu, ia mempersiapkan segala macam kain untuk digunakan dalam fashion show itu.
“Saya senang sekali bisa ikut lombanya, temanya sendiri busana casual untuk milenial, saya juga nanti ingin membuka usaha fashion dengan nama Leviza by Sheikha Fajrianita yang saat ini memang belum launching karena saya sedang fokus skripsi,” jelas Sheikha.
Sebagai puteri perajin batik, ia kenyang dengan banyak hal yang berhubungan dengan desain, fashion, standar estetika, dan masih banyak lagi. “Jadi ke depannya brand saya harus ada unsur batiknya, supaya saya tetap bisa ikut terus melestarikan kearifan lokal di daerah saya,” tegas Sheikha.
Dalam kontes yang ia menangkan, Sheika menyuguhkan tema casual milenial, dengan inspirasi dari Trend Forecasting 2021 yaitu spirituality. Dengan ciri khas kokoh, anggun dan memiliki kearifan lokal, ia membuat busana Three Piece yang terdiri dari inner, outer dan celana kulot.
Dengan menggunakan kain batik berbahan viscose yang jatuh melangsai serta bermotif puloan khas Cirebon. Warna merah yang dominan diharapkan Sheika terlihat lebih berani dan elegan.
Di tengah pujian atas capaian yang diraih, ia mengaku, semua atas peran dari kedua orang tua dan keluarganya. Ia mengaku jika didukung penuh dalam mengejar impiannya. Itulah sebabnya ia punya percaya diri yang penuh dan akhirnya bisa menang dalam lomba itu.
Sebagai langkah awal untuk merintis karir, sekarang ia sudah membuka jasa konsultasi desain baju dan tempat jahit di rumahnya. “Mimpi yang sangat besar. Apalagi menjadi desainer diharuskan memiliki kreativitas dan imajinasi tinggi. Berhayal dan bermimpi adalah jembatan semangat dalam memunculkam ide-ide baru yang lebih segar,” akunya.
Meski penghargaan pertama ia dapat di dalam kampus, Sheika memilih untuk terus bergerak. Selain belajar dunia fashion dari dalam ruang kuliah, ia juga aktif mengikuti UKM Modelling dan PMII.
Tetapi memiliki cita-cita sebagai perancang busana tidak selalu menyenangkan. Pasti ada hal-hal yang membuat dirinya bosan. Ia selalu memegang prinsipnya sendiri, saat bosan melanda, ia tetap berkreasi meski dalam skala kecil. Karena ia percaya, skala kecil itu tetap sebuah progres.
“Untuk para pejuang kuliah, saat pandemi seperti sekarang jangan lelah untuk berjuang. Walau pun sekarang belum ada tatap muka, tetap harus semangat dan banyaklah untuk ikut kegiatan kampus atau pun di luar kampus. Agar semangat, minat dan kemampuan bisa terus terasah dengan keterbatasan yang ada bukan jadi penghalan untuk terus berkembang maju,” pesannya, mengakhiri pembicaraan. (put)