Surabaya (www.pilar.id) – Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) melakukan penelitian dan menemukan semua sample air sungai pulau yang diuji menunjukkan adanya mikroplastik.
Salah satu tim peneliti lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah Ecoton, Eka Chlara Budiarti, menyebut Kali Brantas, Bengawan Solo, Citarum dan Ciliwung sebagai objek penelitiannya. Ia menjelaskan, jika sungai-sungai nasional itu perannya vital bagi Indonesia, selain sebagai bahan baku PDAM. Sungai di Jawa juga sebagai sumber irigasi yang mensuplai lebih dari 50 persen stok pangan nasional.
“Jadi saat ini ada ancaman serius berupa mikroplastik yang mencemari sungai-sungai di Pulau Jawa,” tegasnya.
Lebih lanjut, sejak awal 2021, Ecoton bersama tim relawan sungai Nusantara telah melakukan uji sample air sungai di Indonesia dan melihat kandungan mikroplastiknya. Ditemukan, jika semua sample yang diambil di sungai Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara dan Jawa menunjukkan semua sample mengandung mikroplastik.
Ancaman kesehatan dan pangan semakin nyata, pasalnya kandungan mikroplastik dalam air pada gilirannya akan masuk kedalam rantai makanan melalui air, plankton, benthos, ikan air tawar, ikan laut dan masuk kedalam tubuh manusia. Sedangkan, mikroplastik masuk dalam kategori EDC (Endocrine Disruption Chemical) bahan kimia pengganggu hormon.
“Mikroplastik mengandung bahan tambahan seperti phtalat, bhispenil A, alkhyl phenol, pigmen warna dan anti retardan, semua bahan kimia tambahan ini bersifat karsinogenik dan mengganggu hormon,” jabar alumni Kimia Universitas Diponegoro Semarang ini.
Tak hanya itu, Chlara-pun menjelaskan gangguan hormon akibat senyawa EDC akan mendorong gangguan reproduksi, pertumbuhan, menopause lebih awal, menstruasi lebih awal. Bahkan ditemukan adanya penurunan kualitas sperma dan indikasi intersex.
“Pemerintah harus sangat serius dalam mengendalikan polusi plastik, serta masyarakat harus mulai menghentikan penggunaan plastik sekali pakai seperti sedotan, tas kresek, styrofoam, botol air minum sekali pakai dan sachet agar volume sampah plastik bisa berkurang” himbau Chlara.
Pasalnya sudah ada 8 juta ton sampah plastik per tahunnya, yang dihasilkan penduduk indonesia. Mirisnya hanya 3juta ton yang diolah di TPS, sisanya 5 juta ton di bakar, ditimbun, dan 2,6 paling banyak dibuang ke sungai.
“Salah satu sumber besarnya adalah 2,6 juta ton sampah plastik dari daratan melalui sungai ke laut. Di Jawa Timur, baru Gresik yang punya perda larangan plastik, dan semoga daerah lainnya segera membuat Perda tentang larangan menggunakan plastik sekali pakai,” harap Chlara. (jel)