Jakarta (pilar.id) – Sebuah survei terbaru dari Jakpat mengungkapkan bahwa orang tua di Indonesia lebih mengkhawatirkan sikap anak yang tidak sopan daripada prestasi akademik yang rendah.
Temuan ini menunjukkan adanya pergeseran nilai dalam pola pengasuhan yang lebih fokus pada etika dan perilaku sosial anak.
Survei ini melibatkan 983 responden dari berbagai kalangan dan generasi. Hasilnya, sebanyak 94 persen orang tua menyatakan sangat khawatir jika anak mereka tumbuh tanpa sopan santun atau tata krama.
Kekhawatiran ini bahkan lebih tinggi dibanding kecemasan terkait prestasi akademik seperti anak tidak naik kelas atau tidak lulus sekolah, yang hanya disebutkan oleh 77 persen responden.
Fokus Utama Sebelum Memiliki Anak: Finansial dan Mental
Sebelum memutuskan memiliki anak, sebanyak 81 persen responden menyatakan bahwa persiapan finansial menjadi prioritas utama. Ini diikuti oleh kesiapan mental, pengetahuan tentang pola asuh, pendidikan, dan kesiapan emosional—masing-masing disebutkan oleh lebih dari 70 persen peserta survei.
Menurut Septiana Widi Sugiastuti, Research Lead di Jakpat, kestabilan emosional sangat penting dalam pola asuh. “Karena anak-anak menyerap energi dan respon dari orang tuanya,” jelasnya.
Menjadi Orang Tua: Ibu Lebih Rentan Stres
Sebanyak 3 dari 5 ibu merasa bahwa menjadi orang tua adalah peran yang berat. Mereka juga mengaku lebih sering mengalami stres dan kelelahan dibandingkan ayah. Sebaliknya, 1 dari 4 ayah menyatakan bahwa menjadi orang tua terasa mudah dan menyenangkan.
Media Sosial Membentuk Pola Asuh Modern
Media sosial ternyata punya pengaruh besar terhadap pola asuh anak. Sebanyak 64 persen responden mengaku mengikuti konten parenting di media sosial.
Dari jumlah itu, 74 persen merujuk pada konten dari pakar seperti dokter dan psikolog, sedangkan 73 persen tertarik pada gaya pengasuhan para influencer atau akun khusus parenting.
Orang Tua Lebih Peka terhadap Isu Sosial Anak
Selain sopan santun, lebih dari 90 persen orang tua juga khawatir anak mereka terlibat dalam kasus perundungan, baik sebagai korban maupun pelaku.
Menurut Septiana, orang tua lintas generasi saat ini lebih sadar akan dampak isu sosial seperti bullying dan cyberbullying, yang dinilai lebih penting daripada sekadar nilai akademik.
“Ini jadi pengingat penting bagi para orang tua untuk lebih peka terhadap keseharian anak, baik di sekolah maupun di dunia digital,” ujarnya. (ret/hdl)