Malang (pilar.id) – Ingin kuliah di luar negeri, Shafira Rafa Ardhani, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) ini telah menargetkan sejak semester 2, untuk ikut pertukaran pelajar melalaui program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
Pada pilar.id, ia pun berkisah jika program tersebut ternyata baru bisa diikuti mahasiswa semester 4 atau 6. Kabar ini terang membuat dirinya harus menunggu satu tahun. Di tahun 2022, saat ia menginjak semester 4, melalui temannya ia tahu jika program tersebut kembali dibuka
“Ketika itu diberitahu teman, aku langsung daftar dan buat essay. Bersyukurnya aku terpilih. Saat itu aku lebih memilih Michigan State University di Amerika, karena sempat lihat di social media kalau metode belajarnya menyenangkan, selain itu ingin merasakan belajar ke Amerika juga,” ujar mahasiswa UB jurusan Ilmu Komunikasi ini.
Perlu diketahui jika program IISMA oleh LPDP sendiri merupakan sebuah kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar satu semester ke luar negeri, dengan banyak pilihan universitas yang ditawarkan, dengan seluruh biaya ditanggung penuh oleh LPDP
“ Adanya program ini, mereka berharap kita bisa mendapat mata kuliah yang belum pernah kita dapat di Indonesia, misal aku dari ilmu komunikasi, mereka mau kita ambil mata kuliah yang tidak ada di ilmu komunikasi, biar kita dapat pengalaman yang banyak dan mereka juga inginnya kita mengenalkan budaya Indonesia di luar negeri,” jabarnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan jika program tersebut hanya membolehkan peserta mengambil 4 mata kuliah. Dimana, dua dari keempat mata kuliah yang dipilihnya tersebut sesuai dengan ketertarikannya yaitu dunia psikologi. Hal itulah yang membuat dirinya mampu meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) secara sempurna atau 4.0.
“Selain komunikasi, aku juga suka ilmu psikologi, makanya aku pilih yang ada unsur psikologinya, jadi dalam menjalankannya tidak terlalu terbebani. Tetap aku sama sekali tidak menargetkan harus mendapat IP sempurna. Aku hanya rajin ikut kelas dan mengerjakan tugas saja,” ceritanya.
Selain itu, selama 6 bulan belajar di negeri Paman Sam tersebut, Rafa nama panggilannya ini menceritakan jika ada banyak hal yang ia pelajari, salah satunya harus membiasakan diri membaca lebih banyak materi sebelum kelas dimulai, karena saat kelas dimulai akan diisi penuh dengan diskusi
“Jadi kalau misal kita tidak baca sebelumnya, kita seperti anak hilang yang tidak tahu apa-apa. Selama disana, aku juga suka sharing di Instagram tentang kegiatan di penginapan, serta disana sering mengadakan event kampus, jadi seru aja menjalaninya,” kata perempuan 21 tahun ini.
Adanya pengalaman berkesan itulah yang membuat dirinya, sempat menjadi pembicara di acara UB dengan membawakan sejumlah materi saat dirinya menjalani pertukaran pelajar tersebut.
Selain itu, ia juga akan berencana melanjutkan studi S2nya ke luar negeri melalui jalur beasiswa, karena ia merasa banyak belajar, dari mulai saling berbagi ilmu budaya dan hal lainnya.
Hingga diakhir perbincangan ia berpesan kepada penerima beasiswa apapun, agar memilih jurusan atau mata kuliah sesuai dengan kegemaran dan kemampuan, karena hal itu yang membuat siapa pun yang menjalaninya tidak akan terbebani
“Pilih matkul atau jurusan yang kalian suka, maka pasti kita akan menjalaninya enjoy tanpa terbebani dan tidak stress, pokok ikut kelas mengerjakan tugas itu sudah cukup, dari sana nilai akan mengikuti,” tutupnya. (jel/hdl)