Jambi (pilar.id) – Hasil kajian Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) di Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi menemukan buruknya penanganan sampah yang berakibat timbulnya pencemaran mikroplastik di Sungai Batanghari.
“Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi lalai dalam pengelolaan sampah, sehingga kami menemukan timbulan sampah dibanyak tempat di kedua wilayah yang dilewati Batanghari, akibatnya sungai menjadi tempat sampah plastik,” ungkap Prigi Arisandi, peneliti ESN
Lebih lanjut peneliti ESN ini, juga menemukan kontaminasi mikroplastik di Batanghari mencapai 150 partikel mikroplastik dalam 100 liter air.
Mikroplastik di air menjadi ancaman serius apalagi kota dan kabupaten yang dilewati Batanghari, airnya digunakan sebagai bahan baku air minum. Ancaman lainnya adalah ikan yang telah terkontaminasi dan menjadi sumberpangan atau sumber protein
“Mikroplastik menyerupai plankton yang menjadi makanan ikan, dan akhirnya ikan dikonsumsi manusia, sehingga plastik yang kita buang akan kembali kedalam tubuh kita melalui ikan yang kita makan” ungkap Prigi Arisandi.
Lebih rinci, alumni Biologi universitas Airlangga Surabaya ini menjelaskan bahwa mikroplastik masuk dalam kategori senyawa pengganggu hormon maka penyakit diabetus melitus, obesitas, gangguan reproduksi akan jamak ditemukan jika makanan kita terkontaminasi mikroplastik.
Maka dari itu, tim ESN mendorong upaya Pemkot Jambi dan Pemkab Muaro Jambi untuk mengendalikan munculnya timbulan sampah di tepi Batanghari
“Pemerintah harus menyediakan tempat sampah disetiap desa yang dilewati Batanghari, perlu dibuat regulasi pengendalian sampah plastik sekali pakai seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, popok, sachet dan botol air minum sekali pakai” pungkas Prigi. (jel/hdl)